Selasa, 29 April 2014

Sejarah Batu Gantung di Parapat, Sumatera Utara



 

ASAL MULA BATU GANTUNG

PENDAHULUAN
            Setiap Daerah pasti memiliki sesuatu yang khas dari diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja mencakup legenda, objek wiasta, ada, bahasa, sejarah, dan hal lainnya. Daerah kita, Tanah Batak pun punya hal yang demikian. Salah satu daerah yang terkenal dari Tanah Batak yaitu daerah Simalungun, khususnya daerah Parapat. Tempat ini terkenal dengan objek wisatanya. Uniuknya, setiap objek wisata di daerah ini memilki mitos tersendiri, baik Danau Toba, Sigale-gale, batu gantung, dan lain-lain.
            Mitos-mitos ini pun memiliki banyak versi, tergantung sumber yang kita tanyakan. Mengapa demikian? Seperti yang kita ketahui, sudut pandang manusia berbeda-beda dan kemampuan seseorang menyerap dan menyalurkan cerita yang diwariskan turun temurun pun berbeda-beda.
            Berikut ini akan dipaparkan sebuah contoh mitos tentang batu gantung yang juga memiliki berbegai versi, namun yang akan dipaparkan hanya 2 contoh  saja .

ISI
            Objek wisata ini adalah salah satu objek wisata kebanggaan daerah Parapat. Tempat ini terletak di sekitar daerah Sibaganding Tua, kurang lebih sembilan puluh menit perjalanan dari daerah Siantar. Ada dua jalur untuk mencapai tempat ini. Dari daerah Sibaganding Tua hanya menghabiskan waktu lima menit saja namun tempatnya agak terpencil. Bila dari jalur umum, yang di pinggir jalan raya, akan menghabiskan waktu tiga puluh menit.
            Banyak versi mengenai cerita batu gantung. Adapun versi yang berhasil diperoleh dari penelusuran kelompok adalah sebagai berikut :
A.    Menurut: Ujianna Br. Ambarita ( 85 Tahun )
Ujianna, salah seorang penduduk atau warga desa Sibaganding Tua. Nenek ini lahir, besar, menikah dan sampai saat ini masih tinggal di daerah Sibaganding Tua, di mana peristiwa atau cerita Batu Gantung terjadi.

Asal mula Batu Gantung
Dahulu daerah Sibaganding merupakan suatu daerah yagn dipimpin oleh seorang Raja. Nama Raja yang memimpin di situ ialah Tuan Sinaga. Sang Raja ini mempunyai seorang putri yang bernama Duma br.Sinaga. Duma merupakan seorang yang seorang gadis yang sangat cantik di desanya itu. Duma mempunyai rambut yang panjang dan terurai hingga menyentuh tanah. Melihat keadaan sang putri yang sudah beranjak dewasa, maka tuan Sinaga ingin agar putrinya itu menikah atau dipersunting oleh seseorang. Di suatu saat sang raja memanggil Duma putrinya: mereka bercerita mengenai jodoh atau menjadi pendamping hidupnya ( dahulu hal ini sering terjadi, bahkan untuk menentukan jodoh atau pendamping hidup anak-anaknya, orang tua sangat berotoritas sangat tinggi ). Hal inilah yang terjadi terhadap sang putrid raja itu. Raja itu ingin agar putrinya menikah dengan paribannya atau anak ni namborunya. Setelah mendengar hal itu maka Duma menolak, Ia tidak mau segera menikah. Namun sang Raja bersikeras agar putrinya itu menikah dengan paribannya. Melihat Duma yang selalu menolah dan tidak ingin menikah dengan anak namborunya itu, maka sang Raja menawarkan “ Anak ni Raja “ kepada putrinya itu, Duma boleh bebas memilih anak ni Raja yang mana yang ingin dia pilih       ( dahulu sangat lazim jika seorang raja menjodohkan putra/i nya kepada putra/i raja yang lain ). Namun Duma kembali menolak, dia tidak menginginkan siapapun dari antara anak ni raja itu. Dia berkata bahwa dia tidak akan menikah dengan orang yang tidak disukai atau di cintai.
Mendengarkan penolakan sang putri itu, maka sang raja tuan Sinaga sangat marah kepada putrinya itu. Jika Duma tidak mau menikah dengan orang-orang yang telah ditentukan oleh sang raja, maka hendaklah Duma pergi dari rumah itu dan keluar dari perkampungan itu. Sebab Duma dianggap seorang gadis yang tidak patuh kepada orang tuanya. Namun sebelum putrinya itu meninggalkan rumah, sekali lagi sang raja menanyakan apakah sang putri mau menikah  dengan orang-orang yang ditentukan raja itu, namun Duma tetap denga satu jawaban bahwa ia tidak mau menikah dengan pilihan orang tuanya, karena tekadnya sudah bulat, untuk meninggalkan rumah dan kampung halamannya itu. Amarah sang raja pun memuncakdan dia bilang “boru naso si oloi  ajar do ho”!. Orang tuanya menyebutnya dengan “siboru nagigi” artinya wanita yang tidak mau menikah. Padahal si Duma ini seorang gadis yang pintar bertenun, bertenunu segala jenis ulos Batak.
Akhirnya pergilah si Duma dari rumah dan perkampungan itu. Dia tidak tahu kemana dia akan pergi. Namun ia akhirnya terus berjalan ke suatu puncak atau gunung mana tempat dia akan pergi dan tempat itu disebut si Gaung-gaung. Ternyata ketika ia pergi, ia diikuti oleh anjing kesayangannya. Karena sang putri tidak tahu harus bagaimana dan apa yang harus dilakukan akhirnya ia putus asa. Si Gaung-gaung ini merupakan tempat keramat yang dianggap tempat ini mempunyai penunggu yang mereka percayai pada saat itu. Sehingga pada saat itu Duma menyerahkan dirinya kepada            “ ompung mula jadi na bolon “, ( ompung mula jadi na bolon disini maksudnya kepada penunggu atau bahkan disebut begu yagn dipercayai oleh penduduk sekitar sebelum masuknya kekristenan ). Lalu Duma mempersembahkan dirinya dengan berkata : “buat ma ahu ale ompung mula jadi na bolon”, setelah berkata demikian maka penunggu atau begu yang ada di tempat itu bekerja dan mengikatkan rambut si Duma pada suatu batu. Sebelumnya Duma mendekatkan posisi anjingnya di dekat kakinya. Dengan perkataan “buat ma ahu” dan sepenuhnya menyerahkan diri kepada penunggu, maka akhirnya Duma dan anjingnya menjadi batu. Itulah awal sehingga terjadi batu gantung. Sebenarnya Duma bukanlah terjun atau hendak melompat ke danau, namun penunggu dan begu yang disituylah yang bekerja mengikatkan rambutnya ke batu sampai Duma dan anjingnya itu akhinya tergantung.
Menurut sang nenek ini, dahulu tempat di sekitar batu gantung itu sangat rawan, seram, dan angker. Banyak peristiwa yang terjadi dan hal-hal yang aneh di tempat ini. Setelah  peristiwa itu, banyak penduduk setempat itu lilu dalam hal kepercayaan, sebab mereka banyak menyembah atau memberi sesajen atau pelean  kepada arwah dari batu gantung itu. Mereka percaya bahwa batu gantung itu mampu memberi rejeki, kekayaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Bahkan dulu, setiap orang yang berkunjung ke batu gantung tidak boleh mengenakan pakaian berwarna merah saat berkunjung akan celaka, karena si Duma tidak akan menjadikannya sebagai temannya. Bahkan yang paling ironisnya, tidak boleh dulu ada orang yang mengucapkan “batu gantung” alasannya bisa-bisa arwah yang di batu gantung itu akan marah dan melakukan suatu hal terhadap penduduk sekitar.
Banyak hal yang terjadi disekitar batu gantung, diantaranya : ketiak seorang tentara Belanda hendak menembak batu gantung dengan makdsud agar batu itu jatuh, namun batu itu tak kunjung jatuh. Maka sang tentara Belanda merasa marah sehingga ia mengucapkan cakap kotor. Ketika ia mengucapkannya, dengan sendirinya kapal yang dia tumpangi miring dan akhirnya terjatuh. Dan menurut penelitian bahwa kedalaman danau sekitar tempat itu sangat dalam.
Seiring masuknya kekristenan ke desa Sibaganding itu, maka dengan sendirinya penyembahan terhadap arwah-arwah disekitar batu gantung itu berkurang. Mereka mulai memeluk suatu agama. Bahkan setelah masuknya kekristenan, banyak hal positif yang telah terjadi. Karena tidak ada penyembahan dan tidak ada lagi orang yang memberi pele-pelean maka penunggu dan arwahnya dianggap tidak tinggal disitu lagi. Hingga sampai sekarang tidak ada lagi yang melakukan penyembahan atau memberi pelean kepada arwah yang disitu bahkan menurut nenek itu tidak ada lagi yang aneh yang terjadi disitu.
Akhir dari ucapan Duma kepada orang tuanya sebelum pergi dari rumah dan perkampungan ia bilang: “tung na so jadi tubu borum songon ahu”. Begitulah cerita dari seorang ompung yang benama Ujianna br. Ambarita yang notabene sebagai orang tertua yang tinggal di kampong itu, dari lahir hingga tua. Dan nenek itu berkata bahwa istri dari sang raja atau ibi dari Duma itu ialah br. Sirait.[1]

B.     Menurut Riorita br. Situmorang ( 58 Tahun )
Inang Riorita adalah salah satu seorang penduduk desa Sibaganding Tua, inang ini adalah seorang sintua HKBP Sibaganding Tua. Menurut beliau ceritanya sebagai berikut:
Duma adalah seorang putrid Raja. Duma yang dikenal orang sangat patuh terhadap orang tuanya, dan apa yang diperintahkan orang tuanya selalu ia laksanakan dan kerjakan. Duma pun akhirnya bertumbuh dan menjadi dewasa. Ia menjadi seorang gadis yang sangat cantik, ia mempunyai rambut yang sangat panjang terurai hingga hampir menyentuh tanah. Karena sudah dewasa, Duma mempunyai pacar atau laki-laki yang dicintainya, dan ia sudah mengikat janji dengan sang lelaki yang dicintainya itu. Namun orang tua Duma tidak mengetahui hal itu. Padahal ternyata ketika Duma masih kecil ia sudah ditunangkan dengan apriban atau anak namborunya, dengan kata lain si Duma telah “dipaorohon” kepada paribannya itu.
Disuatu ketika datanglah namborunya si Duma itu kerumah orang tua Duma atau itonya itu. Lalu ia mencari Duma dan ingin menceritakan suatu hal kepada “maennya” itu. Namborunya itu berkata : “anggi so tung di olio ho be anak ni na asing, Alana nunga dipaorohon ho na jolo tu pariban man, anakkonki” dan namborunya itu juga menegaskan bahwa  “na jolo nga huboan hami sipanganon tu jabu on, lao paorohon ho dohot pariban man jala dohot di najolo oppungmu mambege dohot mamereng I, jadi tung na so jadi be ho tu anak ni asing, ingkon tu pariban mon do ho!”. Mendengar perkataan namborunya itu Duma sangat terkejut, dan Duma berkata bahwa tidak pernah ada penjelasan atau ucapan dari bapaknya kalau dia sudah diikat janji atau di Paorohon kepada paribannya, sehingga Duma berkata dia tidak bisa menikah dengan paribannya sebab ia sudah sempat menerima janji seorang laki-laki yang dia cintai. Sebab tidak mungkin baginya untuk mengingkari janji kepada kekasihnya sebab dahulu ada “Umpasa” batak yang mengatakan bahwa “na mangose  padan tu riburna tu magona”. Duma tidak ingin melanggar umpasa itu, sebab dahulu apa yang disampaikan seorang itu boleh benar-benar terjadi.akhirnya namboru si Duma itupun menangis mendengar kalau si Duma sudah mempunyai lelaki yang dicintai dan kekasihnya. Sebab dahulu bapak Duma menyetujui kalau Duma dan paribannya itu di paorohon.
Tidak tahan mendengarkan penjelasan yang kuat dari mulut Duma dan namborunya itu juga tidak dapat membendung air matanya sehingga namboru Duma pergi kepada bapak Duma atau itonya itu dan menjelaskan semua yang terjadi dan mengatakan bahwa si Duma sudah menjalin hubungan dengan orang lain dan itu bukan dengan paribannya. Namborunya itu bertanya kepada itonya itu mengenai janji itu “mose”atau tidak ditepati. Padahal orang tuanya tadi tidak tahu juga kalau si Duma berpacaran pada orang lain. Melihat air mata namboru Duma atau ito bapaknya itu, maka sang bapak merasa iba melihat itonya menangis. Maka bapaknya memanggil putrinya si Duma dan dan meminta penjelasan bagaimana sebenarnya hal yang terjadi pada putrinya itu. Duma akhirnya menjelaskan semuanya kepada orang tuanya. Setelah mendengar penjelasan Duma, bapaknya sangat marah, Duma sangat ketakutan, sebab dia seorang yang sangat patuh pada orang tuanya, dan dia sudah menolak keinginan orang tuanya. Namun Duma tetap berkata bahwa dia tidak bisa menikah dengan anak namborunya/ paribannya itu. Namun sang raja ( bapak Duma )berkata : “ingkon tu paribanmi do ho, dang boi tu na asin, ingkon!!.
Mendengarkan suarau bapaknya yang sangat keras, Duma berdoa demikian : “oppung mula jadi na bolon, sahat tu ho ma ahu, molo ingkon songonon do, dang jadi ahu tu haholongan ni rohakki, jala dang jadi tu paribanki, jala sahat tu ho ma ahu oppung mula jadi na bolon!” ( artinya: tidak ada satupun yang mendapatkannya).
            Setelah itu akhirnya Duma pergi dari rumah, karena ia sudah di usir oleh orang tuanya sebab dianggap sebagai anak durhaka atau naso si oloi poda ni natorasna. Larilah dia dari perkampungan itu melalui kolong rumah mereka atau disebut bara ni jabu sebab dahulu, umumnya masih rumah panggung.
Dari bawah kolong rumah ia menuju ke suatu bukit atau gunung dan larilah di semak-semak itu. Kebetulan pada waktu itu daerah gunung itu kebakaran, tetapi ia tetap menembus api yang ada disemak-senak itu. ( kebakaran pada gunung atau bukit itu terjadi sendiri ) tanpa ada orang yang menbakarnya, dan bahkan sampai sekarang kebakaran pada gunung itu sering terjadi dengan sendirinya apalagi terjadi kemarau selama 2 bulan atau lebih, hal ini memungkinkan karena batu yang satu bergesekan dengan batu yang lain dan karena pengaruh tanah matahari selama 2 bulan, sehingga menimbulkan api dan terjadilah kebakaran. Setelah menembus semak yang terbakar sampailah ia di suatu tempat, tempat itu adalah batu-batu yang dipercayai oleh penduduk sekitar situdan terdapat penunggu atau begu. Maka sampailah dia disana. Duma putus asa dan tidak tahu kemana ia harus pergi, Duma berkata “molo toho do adong maringanan di batu on, alap ma ahu; alai molo so adong do, tao on ma mambuat ahu, Alana tung na so jadi ahu mulah be ahu”. Saat itu anjing Duma ikut atau datang dari belakang mengikutinya.
Duma akhirnya hendak melompat ke danau itu, sebab tiga kali ia menoleh kebelakangnya untuk mempersembahkan dirinya kepada makhluk yang ada atau penunggu disitu. Lalu akhirnya duma berlutut marsinggang pasahathon dirina namun tidak ada apa-apa yang dilihat di sekitarnya. Duma berfikir kembali namun tetap saja hatinya tidak ingin kembali kepada orang tuanya, tekadnya sudah bulat. Dia sudah habis fikir, lalu di lompatnyalah ke danau itu namun karena rambutnya yang sangat panjang teruraimaka sangkutlah rambutnya itu di batu dan dia akhirnya tergantung dan begitu juga dengan anjingnya Duma ikut melompat, ketika melompat anjingnya menjadi batu dan tergantung. Itulah sebabnya terjadi batu gantung.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Inang br. Situmorang ini, bahwa dahulu juga di daerah batu gantung itu sangat seram dan angker. Dahulu tidak boleh ada orang/pengunjung yang datang ke tempat ini dengan mengenakan pakaian berwarna merah, karena penunggu-penunggu di situ suka akan hal-hal yang berwarna merah. Bahkan dulu ketika bulan purnama, banyak orang disitu/ penduduk desa itu yang mangangguki atau menangis disitu memberi sesajen atau pele-pelean kepada arwah penunggu disitu agar diberi rezeki, kesehatan, hamoraon, hagabeon, dan hasangapon. Inang br. Situmorang menceritakan tentang seorang tentara Belanda yang mencoba menembak batu itu agar jatuh, ketika itu juga penduduk disana menyadari kekeliruan kepercayaannya. Namun seiring perkembangan zaman dan masuknya kekristenan maka hal-hal seperti semakin terkikis dalam kehidupan masyarakat. Tidak ada lagi yang melakukan penyembahan di batu gantung itu dan mereka sudah memeluk agama dan tidak percaya lagi pada hal-hal takhyul seperti itu. Dan menurut mereka, tidak ada lagi penunggu yangberdiam disitu sebab tidak ada lagi orang yang mamele atau memberi sesajen. Inang ini mengatakan penunggu itu betah bila di beri sesajen dan jikalau itu tidak dilakukan maka dengan sendirinya begu atau penunggu itu akan pergi atau berpindah.[2]

KESIMPULAN
            Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan sebelum masuknya kekristenan ke daerah Sibaganding Tua, masyarakat setempat sangat marak melaksanakan pemujaan atau pameleon terhadap begu atau penunggu yang diam di batu gantung. Tetapi sesudah kekristenan masuk ketanah batak, pemujaan itu sudah semakin berkurang .
            Memang versi cerita tentang batu gantung banyak, namun ada beberapa hal yang sama dengan yang lainnya, yaitu tentang nama tokoh, tempat kejadian, dan masalah awal, juga akhir cerita sama. Perbedaan terlihat dalam jalan cerita, dan beberapa hal lainnya. Ini mengindikasikan bahwa sumber pertama adalah satu orang. Karena keterbatasan alat komunikasi dan kemampuan manusia, maka penyampaian cerita ini keberbagai tempat, daerah, bahkan orang menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.





[1]  Wawancara dengan ompung Ujianna br. Ambarita , sabtu 22 september 2007 pukul 14.00 sampai selesai, di rumah narasumber di Sibaganding Tua.
[2] Wawancara dengan narasumber st.Riorita br. Situmorang , minggu 23 september 2007 pukul 15.00 sampai selesai di rumah amang Sinaga /br. Hutabarat di desa Sibaganding Tua.

Teologi Penciptaan VS Teori Evolusi



Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah VS Teori Evolusi

Manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. ( Kej 1:26-27 )

            Di dalam Kej 1:1, dibahas mengenai asal mula alam semesta. Asal mula alam semesta bukan dari big bang ataupun alam semesta kekal tidak ada yang menciptakan. Alam semesta ini terus mengembang dan ini menunjukkan alam semesta pasti ada dalam posisi menciut sebelumnya dan pasti ada permulaannya. Alkitab mengatakan bahwa pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Asal mula alam semesta sangat penting bagi kita manusia sebab memberikan arti kepada sejarah alam semesta ini. Tetapi ada satu hal yang tidak kalah penting yaitu asal mula manusia. Asal mula manusia itu begitu penting.
            Filsuf Yunani mengatakan bahwa “kenallah dirimu!”. Mengenal diri itu sesuatu yang penting. Karena dengan mengenal diri kita mengenal arti hidup, mengenal identitas, mengenal tujuan hidup dan mengenal realita. Ini benar-benar penting. Dan salah satu pertanyaan terpenting di dalam sejarah manusia adalah Apakah manusia ?.
            Orang-orang sekuler yang menganut filsafat materialiasme naturalisme tidak mempercayai adanya Allah. Orang naturalisme berpandangan bahwa alam semesta ini hanyalah materi yang tanpa adanya dunia supranatural. Bagi mereka alam semesta ini adalah natural saja. Untuk mendukung teori mereka mengenai alam semesta yang natural ini memerlukan teori untuk menjelaskan asal usul alam semesta dan asal usul manusia. Ini diperlukan supaya menunjang teori naturalisme menjadi satu wawasan dunia yang komprehensif. Maka untuk menunjang teori naturalisme adalah teori Evolusi atau teori Darwin.
            Orang-orang naturalisme mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan dan berbeda dengan orang-orang agama yang tidak berilmu pengetahuan. Benarkah bahwa berdasarkan ilmu pengetahuan asal mula kehidupan adalah dari evolusi ? Saya pernah menonton discovery yaitu siaran mengenai ilmu pengetahuan. Di sana diceritakan bahwa asal-usul manusia adalah dari monyet yang berkembang. Ini adalah teori evolusi. Benarkah demikian ? Benarkah bahwa teori ini adalah ilmu pengetahuan ?
            Ingat bahwa apa yang dinyatakan di dalam teori evolusi adalah di luar alam fisik. Teori evolusi adalah beyond physical realm. Ini diluar ilmu pengetahuan. Sebab ilmu pengetahuan hanya berupa hal-hal yang fisik. Tetapi ini adalah pertanyaan filsafat. Jadi naturalisme dengan teori evolusinya mengajarkan filsafat mengenai asal usul manusia dan bukan mengajarkan ilmu pengetahuan.
            Teori Darwin ini sebenarnya benar-benar berbahaya. Saya mempunyai saudara yang sejak kecil ke gereja tetapi kemudian sekolah ke Australia dan diajarkan teori Darwin. Tetapi akhirnya dia menjadi tidak percaya Tuhan. Teori ini benar-benar berbahaya karena dapat membawa orang jauh dari Tuhan. Ini adalah teori ateis. Teori ini juga yang membuka ke arah relativisme moral bahkan kepada postmodern.
            Bila manusia hanyalah sama dengan binatang. Lalu nilai-nilai bahwa manusia itu mahluk mulia menjadi hilang. Bila manusia sama seperti binatang maka nilai-nilai moral absolute menjadi hilang. Bila teori seleksi alam ( natural seleksi benar ) dan manusia adalah sama seperti binatang maka ada beberapa konsekuensi :
  1. Tidak ada nilai absolute di dalam manusia karena manusia tidak ada nilai transendensi. Manusia  Survive dan menentukan nilai2nya sendiri
  2. Perang antar etnis adalah seperti halnya hukum rimba. Pemusnahan satu suku terhadap yang lain tidak bisa dilarang. Sebab itu adalah seleksi alam. Yang lebih kuat akan menang.
  3. Pemaksaan seksual di antara manusia tidak menjadi masalah karena binatang juga begitu.
Teori Darwin mengakibatkan hal-hal transenden menjadi hilang. Standard absolut menjadi hilang. Dan akibatnya adalah relativisme. Bahkan pendidikan dan etika pun menjadi pragmatis. Yang penting adalah yang bekerja. Sebab manusia adalah survive. Yang penting adalah yang bisa diterapkan. Tidak perlu nilai-nilai standard absolut.
Kesimpulannya adalah efek dari teori Darwin adalah sangat merusak sekali. Pepatah mengatakan bahwa ide mengakibatkan konsekuensi. Ide yang sudah jatuh ke dalam dosa mengakibatkan konsekuensi yang parah.  Ide dualisme Decartes membuat parah. Ide Karl Marx mengenai komunis membuat parah. Dan Ide Darwinis mengenai evolusi juga membuat parah.
            Benarkah manusia berasal dari binatang ? Benarkah binatang dan manusia itu setara ? Ada Beda manusia dengan binatang. Aristoteles seorang filsuf Yunani mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang berrasio. Rasio inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia bisa menganalisa, bisa merancang, bisa berargumentasi, bisa bikin rumus, bisa menghitung, bisa menggambar, bisa banyak hal. Dan ini berbeda dengan binatang bahkan sampai binatang yang dikatakan dekat dengan manusia yaitu monyet. Beda manusia dengan monyet : Monyet diberi mesin ketik suruh ketik karya Shakeshapre tetapi yang jadinya adalah bukan hanya ketik tidak karuan tetapi mesin ketiknya bisa dibanting. Monyet diberi banyak makanan dan diambil satu-satu makanannya tetapi dia cuek. Sampai makanannya tinggal sedikit baru dia gelisah dan marah. Tetapi manusia hilang uangnya sedikit sudah sadar dan bisa hitungan. Monyet dikandang tetapi manusia tidak pernah dikandang oleh monyet. Ini adalah qualitafif difference.
Seorang Filsuf dari Timur ( China ) yaitu Mencius mengatakan bahwa  manusia adalah mahluk yang berhati nurani. Ini yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia bisa ada rasa belas kasihan. Compassion. Ketika melihat yang sakit ikut merasakan sakit. Ketika melihat yang menderita ikut sedih. Manusia yang tidak berhati nurani adalah lebih jahat dari binatang. Sebab manusia sudah jatuh ke dalam dosa.
            Karena manusia dengan binatang itu berbeda maka teori evolusi itu salah.
Ada perbedaan antara yang benda hidup dan benda mati. Hewan dan tumbuhan. Hewan dan manusia. Ini semua berbeda kategori. Teori evolusi mengenai perubahan struktur adalah salah. Apakah adanya perubahan ? Mikroevolusi benar. Mahluk hidup dalam taraf tertentu bisa berubah tetapi perubahan minor. Tetapi makroevolusi itu salah. Ayam tetap ayam. Walaupun berubah warna tetap ayam. Nyamuk tetap nyamuk. Walaupun sayapnya berubah bentuk tetap nyamuk strukturnya. Kerbau tetap kerbau. Anjing tetap anjing. Walaupun kawin campur tetap anjing. Tidak pernah ada dari nyamuk menjadi kerbau. Dari kodok menjadi buaya. Tidak ada makroevolusi. Yang ada hanyalah mikroevolusi dan yang jelas adalah bahwa kalau benar adanya perubahan besar di dalam struktur maka adanya mutasi. Tetapi bila kita menyelidiki bahwa hewan sudah diciptakan dengan struktur dan tatanan di dalam tubuh mereka. Ini adalah satu sistem. Satu sistem ini satu integrasi. Dan kalau ada penambahan organ maka mengganggu sistem secara keseluruhan dan ini tidak mungkin. Dengan adanya penemuan DNA maka jelaslah bahwa ini juga seharusnya menggagalkan teori evolusi. Mengapa ? Sebab dengan adanya teori DNA maka sebenarnya di dalam DNA setiap mahluk itu berbeda-beda dan adanya sistemnya sendiri-sendiri. DNA manusia berbeda dengan DNA monyet. DNA monyet berbeda dengan DNA kuda. Dsb. Dan perubahan bentuk DNA itu tidak mungkin. Kalau adanya mutasi. Mutasi itu membuat sesuatu makin buruk bukan semakin improve. Dan mutasi juga tidak mengubah bentuk menjadi bentuk yang lain. Ini teori dari film Kartun Kura-kura Ninja.  Mutasi itu merusak satu bentuk menjadi bentuk yang sama yang ada cacatnya. Tetapi tidak merubah bentuk
            Kemudian faktor kedua yang tidak mungkin dari teori evolusi adalah adanya mata rantai yang putus. Kalau bentuk manusia berevolusi dari kera, kenapa tidak ada fosil yang betul-betul secara nyata menggambarkan perubahan yang mulus dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Disini adanya kehilangan mata rantai. Mana bukti yang mengatakan adanya satu mata rantai yang berubah ke mata rantai yang lain ? Kalau betul ada bukti fosil itu, mana ?
Kalau bukan dari evolusi :Lalu dari manakah asal manusia ? Apa itu manusia ?
Alkitab mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya. Allah berkata, “mari kita mencipta manusia menurut gambar dan rupa kita.” Manusia diciptakan pada urutan yang terakhir dalam proses penciptaan. The final creation of God is the existence of man. Bila dilihat dari urutan, yang terakhir biasanya yang paling kecil dan yang paling tidak penting. Tetapi dalam hal ini terbalik. Manusia sebagai ciptaan dalam urutan terakhir itu paling penting, karena manusia diciptakan dengan tujuan untuk menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Disini kita melihat urutan itu memberikan interpretasi dalam perjanjian baru dalam kolose 1:4 segala sesuatu dicipta bagi manusia.
 Di dalam Kej 1:26 dikatakan bahwa marilah Kita. Siapakah kita ? Mengapa ada kata plural/jamak yaitu Kita. Siapakah kita ini ? Apakah Allah dengan malaikat ? Bukan ! Sebab Allah berbeda dengan malaikat. Tidak mungkin menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita yaitu Allah dan malaikat. Allah pencipta sedangkan malaikat yang dicipta. Maka sebenarnya Kita disini adalah Allah Tritunggal. Di dalam Kitab Kejadian ini sudah ada hint mengenai Allah Tritunggal. Pertama di dalam kata Elohim yang jamak dan kata bara yang tunggal. Kemudian di dalam kata Kita pada waktu menciptakan manusia. Ini adalah Allah Tritunggal.
            Alkitab mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Apa maksudnya ? Manusia bukan binatang. Tetapi juga bukan malaikat. Bukan juga Allah. Kita sebagai manusia harus menemukan posisi kita yang tepat. Siapakah kita ?
            Ada seseorang wanita membunuh diri. Polisi menemukan kertas berisi “Jangan tangisi aku. Aku bahkan tidak layak disebut sebagai seorang manusia”. Tetapi ada di hotel yang sama para penganut gerakan jaman baru berkata “Aku adalah allah.... Aku adalah allah”. Manusia yang ditempat yang sama dan waktu yang sama mempunyai pandangan diri yang radikal berbeda. Ini ironi terbesar dari eksistensi manusia.
Gambar dan rupa Allah Ini mengatakan bahwa manusia ini ada mirip dengan Allah. Manusia ini segambar dengan penciptaNya. Apa artinya  ?
1.        Allah adalah sumber
Manusia mempunyai satu induk atau satu asal dari suatu gambar dan rupa Allah Allah. Kita dicipta seperti Dia, berarti kalau kita tidak beres karena kita tidak ingat lagi bagaimana seharusnya kita seperti Dia. Manusia tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tetapi harus kembali kepada Allah, harus menyelesaikan segala kesulitan disana.
2.        Allah adalah tujuan hidup manusia
Manusia seperti Allah mengajarkan kepada kita bahwa hidup manusia seharusnya mempunyai tujuan. Manusia seperti Allah, berarti kita harus memperbaiki hidup kita sehingga seperti Allah pencipta kita. Allah adalah Alfa dan Omega, juga titik awal dan titik akhir kita. Sehingga dari permulaan kita berasal dari Dia dan berlangsung proses hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. Kita harus memuliakan Allah, sebagai Pendorong, Penentu, dan Penghakim terhadap tindak tanduk yang kita lakukan. Seharusnya Allah menjadi tujuan, karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah
3.        Manusia harus meneladani Allah sendiri
Berarti kita seharusnya melihat dengan jelas dan meneladani Allah sendiri.
Yesus yang pernah mengunjungi sejarah menjadi standar hidup kita manusia. Kita meneladani Dia.(matius 11;28-29).
4.        Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti manusia seperti Allah, tetapi manusia bukan Allah. Didalam diri manusia ada peta dan teladan Allah, oleh karena itu harus berjuang seperti Allah, didalam diri manusia diberi potensi, tanggung jawab dan diberi suatu kemungkinan untuk hidup seperti Allah karena manusia diciptakan menurut peta dan teladan Allah.
            Arti gambar dan rupa Allah juga adalah :
Gambar dan rupa Allah yang hina dan gambar dan rupa Allah yang mulia.
GAMBAR Allah                                   Gambar ALLAH
Kerendahan hati                                     Kemuliaan

Ciptaan yang Hina
Gambar dan rupa Allah tidak sama dengan Allah. Hanya gambar. Representasi dari Allah. Kehinaan kita lebih nyata ketika membentuk Adam bukan dnegan emas atau perak, berlian atau batu rubi tetapi dengan debu tanah. Ia adalah sosok dari tanah liat.
Ini menandakan semua orang rapuh dan hina bila dibandingkan dengan Allah.
Sebelum mengenal dosa, manusia hanya sosok dari tanah liat.
Sebutan yang Mulia
Kita hanyalah gambar tetapi gambar ALLAH.
Allah memutuskan untuk menjadikan manusia sebagai ciptaan yang mempunyai nilai dan kemuliaan yang tidak ada bandingnya. Nilai diri kita tidak terletak pada keadaan eksternal kita. Pada kekayaan, talenta, kecakapan, karir, pekerjaan, kemapanan, kesehatan, dll. Allah, Sang Pencipta mengatakan bahwa kita adalah gambar dan rupaNya – gambar dan rupa yang Agung, dengan harkat yang ditetapkan secara ilahi.
Kita berharga karena mempresentasikan tahta Kerajaan Allah di bumi. Kaya miskin, terpelajar atau tidak, menarik atau tidak – Anda adalah gambar Allah.

Apakah boleh bunuh diri? (Sikap Kekristenan dalam menyikapi bunuh diri)



Menyikapi Bunuh Diri, Diiring Simpati

Masih dalam rangkaian pembahasan Hukum Keenam, "JANGAN MEMBUNUH", kini
kita akan membahas sekadarnya masalah "bunuh diri". Tentu saja! Sebab kalau masalah
"euthanasia" saja yang notabene tak pernah secara eksplisit muncul dalam alkitab kita
bicarakan, betapa lagi soal "bunuh diri".
Ditambah lagi akhir-akhir ini, ketika jumlah peristiwa bunuh diri meningkat keras dan
kian sering terjadi. Dari yang dilakukan karena orang karena tak tahan terus-menerus
diimpit kemelaratan, sampai pada yang dilakukan oleh orang yang na'uzibillah kayarayanya.
Ingat konglomerat yang terjun bebas dari tingkat 56 sebuah hotel?
Dari yang pelakunya orang dewasa, sampai yang pelakunya, astagafirulah, masih sangat
belia. Ingat anak 12 tahun yang gantung diri, lantaran keluarganya tidak mampu
menyediakan uang 2,500 rupiah? Dan . jangan lupa Anda sebutkan, semakin populernya
metode terorisme dengan "bom bunuh diri"!
Alkitab, baik PL maupun PB, ada menyebutkan beberapa kasus bunuh diri. Ada yang
melakukannya karena soal harga diri, seperti yang dilakukan oleh Ahitofel (2 Samuel
17:23), Abimelekh (Hakim-Hakim 9:54), atau Saul (1 Samuel 31:4-5). Prinsip mereka
agaknya, "Lebih baik mati berkubur debu, ketimbang hidup berkalung malu".
Tapi ada pula yang melakukannya dengan prinsip yang lain, yaitu prinsip, "Kurelakan
tubuhku hancur lebur, asal semua sama-sama jadi bubur". Inilah yang melatar-belakangi
tindakan nekat Samson, (Hakim-Hakim 16:23-31) dan Zimri (1 Raja-Raja 16:18).
Yudas, si orang Iskariot itu? O, dia lain lagi. Ia menggantung diri, membawa penyesalan
yang menurut perasaannya tak mungkin terobati, atas kesalahan yang dalam anggapannya
tak mungkin terampuni (Matius 27:3-5). Alasan yang masuk akal juga, sebab apa sih
yang lebih menjijikkan dari pada mengkhianati cinta?
* * *
SEBENARNYA, bagaimana sikap Alkitab? Sangat jelas dan amat tegas! Alkitab
menolak dan mengutuk keras. Sebagaimana kita ketahui, ia mengutuk setiap bentuk
"pembunuhan".
Sabda Allah melalui Nuh, "Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan
menuntut balasnya . sebab Allah membuat manusia menurut gambar-Nya sendiri"
(Kejadian 9:5-6). Karena itu, walau terempas ke dasar penderitaan yang terdalam sekali
pun, seorang anak Tuhan seperti Ayub tetap menolak dengan tegas anjuran untuk bunuh
diri (Ayub 2:9-10).
Di mata orang Yahudi, "bunuh diri" adalah "suatu tindakan yang sengaja dilakukan,
dengan tujuan menghancurkan diri sendiri". Jadi, sepenuhnya negatif! Sepenuhnya
destruktif!
Sebab itu dalam adat mereka, mayat orang yang meninggal karena bunuh diri harus
dipertontonkan secara terbuka, tak boleh ada perkabungan baginya, dan pantang
dikuburkan sampai matahari terbenam. Lagi pula . mesti dikuburkan terpisah dari yang
lain.
Namun, toh di cela-cela keketatan mereka menaati hukum yang sangat termashur itu,
hebatnya, mereka juga cukup realistis. Mereka menyadari, bahwa dalam kehidupan nyata
bisa saja muncul kasus-kasus ekstrem, di mana tindakan bunuh diri yang resminya tidak
benar itu justru diperlukan.
Penulis sejarah, Yosefus, mencatat peristiwa yang mengerikan sekaligus mengesankan
sehubungan dengan itu. Ketika benteng Masada diserang musuh, dan segala harapan
mempertahankannya telah punah, apa yang terjadi? Eliezer, sang panglima,
memerintahkan pasukannya membantai semua orang Israel yang ada, dan setelah itu
membunuh diri mereka sendiri!
"Kita masih punya pilihan bebas, yaitu untuk mati secara terhormat .," demikian ia
berseru, "Biarlah perempuan-perempuan kita mati ketimbang dicemari, dan laki-laki kita
membuktikan bahwa mati lebih baik ketimbang jadi budak . Kematian membawa
kemerdekaan bagi jiwa . Karena itu, tak sudi diperhamba, marilah paling sedikit kita mati
sebagai orang-orang merdeka!". Heroik sekali. Hari itu Yosefus mencatat, ada 960 orang
membunuh diri mereka.
* * *
NAMUN Yosefus juga mencatat sisi yang lain dari persoalan kita. Dalam hal ini, ia
malah ikut langsung terlibat. Tatkala dalam insiden Yotapata, ia mengimbau dengan
sangat agar orang-orang Yahudi tidak bunuh diri.
Dalam imbauannya itu ia berkata, antara lain, "Mengapa kalian menyia-nyiakan kesatuan
yang begitu indah antara tubuh dan jiwa, dan ingin menceraikannya? Takut mati bagi
seseorang yang mesti mati, adalah sama pengecutnya, dengan orang yang ingin mati
ketika ia belum seharusnya mati.
Ketahuilah, bahwa tak ada kepengecutan yang lebih besar, dari pada tindakan seorang
nakhoda yang, lantaran takut pada badai yang akan datang, lalu menenggelamkan seluruh
kapal, bahkan sebelum prahara itu benar-benar tiba.
Sesungguhnya, bunuh diri adalah tindakan melawan kodrat, dan sekaligus tindakan
melecehkan Tuhan. Mereka yang mati terhormat memenangkan kemuliaan, tapi yang
mati karena bunuh diri mewarisi kekelaman".
Begitulah bagi orang Yahudi, bunuh diri adalah dosa. Walaupun kadang-kadang sekali,
bisa saja seseorang dibenarkan merelakan nyawa karena iman, demi keyakinan, dan
untuk Allah-nya.
Kata Yesus, "Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi
barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup
yang kekal" (Yohanes 12:25)
* * *
TAPI dalam kenyataan, kita tahu, iman bukan satu-satunya motif orang mencabut nyawa
sendiri. Malah boleh dikatakan, yang begini termasuk jarang sekali. Yang lebih sering
terjadi adalah, orang melakukannya karena "menthok".
Karena semua jalannya seolah-olah membentur tembok. Ia tak mungkin ke mana-mana
lagi. Ia tak punya pilihan apa-apa lagi.
Orang melakukannya, karena merasa tak sanggup lagi memikul beratnya beban
kehidupan. Tak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Karena tenaganya telah terkuras
habis. Semangatnya telah padam. Dan yang ia rasakan sekarang, hanyalah kesakitan dan
kepenatan semata-mata, sementara di depan ia tak melihat secercah pun cahaya
pengharapan atau kemungkinan perbaikan. Sebab itu, mengapa memperpanjang derita?
Masalah bunuh diri, saya akui, adalah masalah etis. Tapi mengingat sifat
permasalahannya, penting sekali saya tekankan, bahwa "masalah etis" ini wajib kita
bahas dengan "sikap etis" pula! Ini perlu saya tekankan, karena - sebagaimana berulangulang
saya kemukakan -- betapa sering orang membusungkan dada berkata hendak
menegakkan moral, tapi praktik dan cara-caranya sama sekali tidak bermoral.
"Sikap etis" yang saya maksud adalah, sikap bersedia menempatkan diri dalam posisi dan
situasi si pelaku. Melihat dari sudut pandangnya. Ikut tergetar oleh sedu sedannya. Ikut
tersayat oleh kepedihannya. Mendengar dengan jelas rintihannya yang tak terucapkan.
Maksud saya, kita tidak datang sebagai seorang guru yang mau mengajari, atau sebagai
seorang pengkotbah yang mau mencerca, atau sebagai seorang penasihat yang berpretensi
bijak dan tahu semua. Tapi datang semata-mata sebagai sahabat.
Bukan dengan menyandang kaidah-kaidah moral, tapi dengan mulut mencibir. Melainkan
datang membawa empati dan simpati, yang memancar langsung dari hati. Tidak asal
membenarkan, sebab kita mesti membuat penilaian. Tapi penilaian yang kita buat, adalah
penilaian dari dalam situasi si penderita. Penilaian yang memahami sepenuhnya pilihanpilihan
yang kongkret, sulit, dan pelik, yang dihadapi saudara kita.
* * *
DENGAN berbekal sikap seperti itu, maka yang pertama-tama harus kita katakan adalah,
bahwa bunuh diri selalu terjadi dalam konteks dan realitas kehidupan yang tidak sehat,
tidak wajar, dan tidak ideal. Dalam situasi normal, sikap yang wajar tentu saja adalah
berusaha mempertahankan, memelihara, bahkan mengembangkan kehidupan. Bukan
justru dengan sengaja menghilangkannya.
Karena itu, dalam situasi normal, jelas sekali bunuh diri adalah sesuatu yang absurd.
Tidak dapat dibenarkan. Ia melawan naluri kehidupan. Sekiranya semua berjalan normal,
hampir tak mungkin orang bunuh diri karena terpaksa.
Sebenarnnya kita atau siapa pun tak perlu mengatakan bahwa "bunuh diri itu salah".
Sebab, kalau cuma itu, siapa yang belum tahu? Semua sudah mengetahuinya. Lagi pula
tak seorang pun yang menginginkannya.
Mungkin yang belum banyak orang tahu adalah, bahwa kitalah yang tidak normal,
apabila dalam situasi yang tidak normal, kita mau memaksakan ukuran-ukuran yang
normal.
Yang paling penting dalam permasalahan kita, sebenarnya bukan soal benar-tidaknya
atau boleh-tidaknya bunuh diri. Sekali lagi, ini telah jelas bagi semua.
Yang jauh lebih penting untuk dinyatakan dan ditanyakan adalah: bagaimana sikap kita
ketika mengatakannya? Apakah dengan cemooh? Atau dengan simpati?
O saudaraku, dengarkanlah apa yang saya katakan ini! Yaitu bahwa tak ada kesempatan
lain, di mana KASIH dan SIKAP KRISTIANI SEJATI begitu dibutuhkan, dari pada
ketika saudara kita sedang berada di ambang bunuh diri.
Sayang sekali, yang lebih sering terjadi adalah mereka sendirian. Sendiri, tanpa teman
sepenanggungan. Persis seperti ketika di senja itu, di taman Getsemane, Yesus hanya
membutuhkan teman berjaga, tapi mesti kecewa.



Karya: Eka Darma Putera
Edited by: Richard Andrew P. Napitupulu, S.Th