Senin, 31 Maret 2014

Khotbah Mazmur 95:1-11



KHOTBAH IBADAH SORE
MINGGU OKULI, 23 MARET 2014
HKBP KOMPAS RESSORT SETIA MEKAR BEKASI

IBADAHMU ADALAH HIDUPMU DAN HIDUPMU ADALAH IBADAHMU

Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus…
Sebagai pengantar untuk khotbah kita pada saat ini, ada satu pertanyaan yang harus kita respon di dalam hati kita masing-masing, “Apakah arti ibadah untuk diri kita?” Di dalam nas ini sangat jelas menyatakan bahwa kita sebagai umat pilihan Allah sudah selayaknya hanya beribadah dan menyembah hanya kepada TUHAN atau YAHWEH (YHWH) yang dalam Bahasa Ibrani artinya Raja diatas segala raja, Allah tertinggi yang menguasai seluruh kehidupan manusia. Kita beribadah kepada TUHAN sebagai bukti ketaatan hidup kita kepada TUHAN.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus…
Mungkin banyak diantara kita yang belum mengetahui tentang pembagian dan makna dari liturgi HKBP, atau tata ibadah yang selalu kita pakai setiap minggunya. Di dalam ilmu bidang Liturgika, ibadah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Allah dan bagian manusia. Bagian Allah antara lain, Votum, Pengakuan dosa, Pengakuan Iman Rasuli dan berpusat di dalam khotbah, khotbah merupakan inti di dalam ibadah, karena di dalam khotbahlah sabda kebenaran Firman TUHAN disampaikan. Apabila kita perhatian, pada bagian Allah tersebut kita diundang untuk berdiri. “Kenapa kita harus berdiri?” kita berdiri sebagai tanda atau bentuk penyerahan diri dan penghormatan jemaat akan kehadirat Allah, Sang Kepala Gereja. Bagian manusia di dalam ibadah yaitu koor dan warta jemaat.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus…
Di dalam ayat 1-2 pemazmur mengingatkan setiap umat untuk menyembah Allah dan bersorak-sorai untuk TUHAN. Apa artinya? Pemazmur mengajak kita untuk senantiasa menyembah TUHAN dengan penuh sukacita. Unsur sorak-sorai dalam ayat 1-2 ini adalah memaknai kehidupan ini dengan penuh sukacita apapun keadaan yang sedang dialami sebagai bentuk ibadah kita kepada TUHAN. Bagian ini sama dengan makna bermegah dalam Allah yang terdapat di dalam Epistel. Terkadang kita lebih sering melihat dan merasakan tolak ukur kemegahan dan sukacita berkat TUHAN itu hanya dari banyaknya materi ataupun kedudukan/pangkat seseorang. Kita terlalu membatasi berkat TUHAN dengan hanya dari sudut pandang materi, hal itulah yang sering membuat kita merasa sengsara dan menyalahkan TUHAN dengan keadaan yang dialami. Kita sering melupakan berkat TUHAN yang paling luar biasa di dalam hidup kita, yaitu nafas kehidupan dan kesehatan.
Pemazmur memotivasi kita untuk senantiasa mengucap syukur kepada TUHAN dalam segala hal, karena TUHANlah gunung batu dan keselamatan kita. Mari kita buka Alkitab kita, ada dua ayat yang dapat menginspirasi kita untuk senantiasa mengucap syukur kepada TUHAN, baik susah maupun senang:
1.      Rm. 12:12 “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah di dalam doa.”
2.      1 Tes. 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”    
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus…
Di dalam ayat 3-7 dijelaskan oleh Pemazmur suatu pengakuan iman bahwa Allah yang kita sembah itu Mahabesar dan Raja yang mengatasi segala allah. Artinya, Allah sebagai penentu kendali atas segala kehidupan dan alam ciptaan-Nya sampai ke bagian-bagian bumi yang paling dalam sekalipun. Kemahakuasaan Allah tidak terbatas dan tidak dapat ditandingi oleh baal atau allah-allah lain yang ada di dunia ini. Dia mengingatkan manusia bahwa hanya Dialah pencipta segala sesuatunya. Pesan ini menunjukkan identitas Allah yang sesungguhnya, sehingga sudah sepatutnya kita sujud menyembah dan tetap hidup taat beribadah kepada-Nya. Seperti tema minggu kita yaitu Okuli, yang artinya Mataku tetap terarah kepada TUHAN.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus…
Bagian terakhir dalam nas kita pada saat ini yaitu ayat 8-11. Dimana di dalam bagian terakhir ini, menjelaskan sejumlah peringat umat Allah. Pemazmur mengingatkan supaya kita jangan mengulangi kesalahan cara hidup yang dilakukan oleh bangsa Israel. Hal ini dilatarbelakangi oleh kehidupan bangsa Israel dalam perjalanan mereka keluar dari perbudakan Mesir. Di dalam perjalanan mereka menuju Kanaan, yang merupakan tanah perjanjian Allah kepada bangsa Israel, bangsa tersebut banyak singgah di beberapa tempat, antara lain Meriba dan Padang Gurun. Situasi umat Israel di tempat-tempat tersebut sering mengabaikan perintah Allah dengan menyembah baal lain dan mereka sudah mulai mengeluh putus asa karena jauhnya perjalanan.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus…
Di dalam bagian terakhir ini merupakan sebuah teguran agar kita mengevaluasi pola hidup beribadah kita kepada TUHAN. “Apakah kehidupan kita sudah mencerminkan ibadah kita?” Saya terkesan dengan pernyataan Pdt. Dr. Justin Sihombing, yang merupakan Ephorus orang Batak pertama di HKBP. Beliau menyatakan di dalam bukunya, “Ibadahmu adalah hidupmu dan hidupmu adalah ibadahmu.” Pernyataan beliau tersebut adalah makna dari ibadah yang sesungguhnya. Jangan jadikan ibadahmu hanya sebagai rutinitas semata, tapi maknailah ibadahmu dalam aksi nyata. Jika kita rajin beribadah kepada TUHAN, maka penampakan ibadah yang rajin itu pasti terpancar dalam kehidupan dan aktivitas kita sehari-hari, baik di tengah keluarga, pekerjaan maupun masyarakat. Seperti tertulis di dalam Rm. 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.” Ketika kita bisa konsisten melakukan gerakan perubahan dengan memaknai ibadah kita di dalam aksi nyata, itu baru namanya umat Kristen HEBAT..!

…AMIN…



Created by: Richard A. P. Napitupulu, S.Th

Ciri-Ciri Sahabat Sejati



Artikel Rohani:
CIRI-CIRI SAHABAT SEJATI
(Oleh: Cal. Pdt. Richard A. P. Napitupulu, S.Th)
Sebagai individu yang senang bergaul, memiliki banyak teman dan relasi merupakan hal yang menyenangkan. Selain menjalin kekerabatan (brotherhood), bergaul dengan banyak kalangan juga menambah wawasan dan pengalaman untuk memahami berbagai karakter manusia. Namun, banyak orang yang terlena dengan teman atau pergaulannya, yang mengakibatkan dirinya terjebak dalam pergaulan bebas yang tidak baik maupun menjadi kaum hedonis (kesenangan di atas segalanya).
Di dalam 1 Kor. 15: 33 tertulis, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Allah menghendaki agar kita bijaksana baik di dalam memilih teman maupun di dalam pergaulan kita sehari-hari agar tidak terjerumus ke dalam dosa. Seperti apakah ciri-ciri Sahabat Sejati? Alkitab punya jawabannya sebagai berikut:    
1.      Seorang sahabat harus memiliki hati yang tulus (Ams. 18:24)
“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.”
2.      Seorang sahabat memberi teguran di saat yang tepat (Ams. 27:6)
“Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.”
3.      Seorang sahabat pasti rela berkorban (Ams. 17:17)
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
4.      Jadikanlah Yesus sebagai sahabat sejatimu (Yoh. 15:15)      
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Ku-dengar dari Bapa-Ku.”