“Tanda-Tanda Akhir Zaman”
( Suatu Tinjauan biblika terhadap Matius
24: 5-14 dan Daniel 9:27 )
Bab I. Pendahuluan
Kenaikan
Yesus ke surga meninggalkan janji, yaitu kedatanganNya yang ke dua kali ke
dunia untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. KedatanganNya yang ke dua kali
itu disebut sebagai akhir jaman ( eskatologi ). Dengan demikian umat Kristen
saat ini hidup dalam penantian akan datangnya saat tersebut.
Alkitab memberitakan beberapa
peristiwa yang akan menjadi tanda-tanda kedatangan tersebut. Jika tanda-tanda
tersebut dikumpulkan dapat disingkatkan sebagai berikut :
- Akan datang Kristus-Kristus yang palsu, yang akan menyesatkan banyak orang ( Mat 24:5 ),
- Akan datang godaan besar, yang akan menjadikan banyak orang murtad; ada penganiayaan, saling benci-membenci, sehingga keluarga pecah-belah, saling bunuh-membunuh ( Mat 24:8-12; Mrk 13:12 ),
- Akan ada perang, dan kabar perang, bala kelaparan dan gempa bumi ( Mat 24:6,7 ),
- Akan ada bencana-bencana alam yang besar sekali ( Mat 24:29 ),
- Di langit akan ada tanda Anak manusia ( Mat 24:30 ),
- Akan ada banyak orang berpaling daripada iman, murtad ( 2 Tes 2:3 ),
- Datanglah “manusia durhaka” yaitu Anti Kristus ( 2 Tes 2:3-7 ),
- Injil kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia ( Mat 24:14 ),
- Kerajaan seribu tahun ( Why 20 )
- Bangsa Yahudi akan bertobat ( Rm 11:2,28,29 ).
Tanda-tanda
inilah yang di sepanjang abad-abad yang lalu telah diterima oleh gereja sebagai
tanda-tanda yang harus mendahului kedatangan Kristus, artinya: Tuhan Yesus
Kristus tidak akan datang kembali sebelum tanda-tanda ini semua terjadi. Jadi
semua tanda ini adalah kejadian-kejadian yang akan terjadi pada waktu-waktu
sebelum akhir jaman, jadi di bagian terakhir dari tahapan jaman sekarang ini.[1]
Apabila
kita perhatikan keadaan di dunia saat ini yang telah mengalami banyak bencana,
peperangan, kelaparan, dan sebagainya. Maka timbul pertanyaan, apakah dunia ini
akan segera berakhir? Mengingat berbagai peristiwa tersebut telah tercantum di
Alkitab sebagai tanda-tanda akhir jaman ( Mat 24 ). Bahkan terdapat beberapa
kalangan yang mengeluarkan pendapat tentang kapan tepatnya datangnya saat
tersebut. Padahal tidak seorang pun tahu kapan datangnya saat itu. Lantas
apakah maksud Allah melalui pemberitaan Alkitab tentang tanda-tanda akhir jaman
itu?
Untuk
mengetahui maksud Allah melalui pemberitaan tersebut, maka penyaji membuat
suatu sajian yang berjudul “Tanda-tanda akhir jaman” dengan sistematika sebagai
berikut :
Bab I.
Pendahuluan
Bab
II. Etimologi dan Pemahaman tentang Akhir Jaman
Bab
III. Tinjauan Historis
3. 1 Latar belakang Teks Matius
3. 2 Latar belakang Teks Daniel
Bab
IV. Penafsiran
4. 1 Matius 24 : 6-14
4. 2 Daniel 9 : 27
Bab
V. Refleksi Teologis
Bab
VI. Kesimpulan
Bab II. Etimologi dan Pemahaman tentang
Akhir jaman
Ajaran Alkitab tentang akhir jaman (
eskatologi ) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi
juga sejarah manusia. Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diriNya
melalui orang-orang yang mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui
peristiwa-peristiwa yang membebaskan umatNya, dan peristiwa yang terpenting dari
semuanya itu adalah kedatangan anakNya Yesus Kristus.[2]
Saat kedatangan itu tiba maka terjadilah Akhir Jaman.
Dalam Perjanjian Lama saat itu disebut sebagai יוֹם יהוה” ” (Hari Tuhan). Hari seringkali diartikan
secara umum, atau untuk waktu yang lama : seluruh periode dipertimbangkan,
sebagaimana hari yang menandakan dalam waktu seperti : pada hari itu, pada
waktu itu. Hari juga dimaksudkan untuk musim tertentu atau waktu dimana
peristiwa luar biasa terjadi, apakah itu kemakmuran dan kejayaan, atau merugikan
dan mendatangkan bencana ; dimana hari itu keduanya dimiliki baik oleh Tuhan
yang membuatnya atau oleh mereka yang mengalaminya. “Hari Tuhan” merupakan sebuah
hari rahmat atau penghukuman Tuhan dan penghakiman.[3]
Dalam Perjanjian Lama Yoom YHWH
dinubuatkan berisi : [4]
- Hari murka Tuhan yang mendatangkan hukuman pengasingan,
- Bangsa Israel bertobat dan Tuhan akan mengembalikannya dari pembuangan,
- Yerusalem dengan bait Allah akan dibangun kembali,
- Sang Mesias akan datang dari keturunan Daud dan akan memegang pemerintahan yang kuat,
- Akhir jaman kemudian akan datang.
Dalam Perjanjian Baru saat itu disebut dengan “εσκατος” ( terakhir ).
Kegunaan umum dari istilah ini adalah untuk sesuatu hal yang terakhir baik
secara materi atau ruang atau waktu. Pada saat yang sama eskaton menunjukkan
penutupan sebuah babak, sehingga dari sisi eskaton ini tidak mungkin ada suatu
kejadian yang sama.[5] εσχατος,
η, ον berarti terakhir dalam : [6]
- Tempat, mungkin dimengerti sebagai tempat yang paling sudut
- Urutan atau keberhasilan, terakhir,
- Waktu terakhir, yang datang terakhir atau yang terakhir dari sesuatu yang tersisa : mengacu kepada hubungannya dengan sesuatu, mengacu kepada situasi dimana tidak ada lagi kejadian yang mengikuti.
Dengan
demikian “eskaton” adalah akhir dari suatu jaman. Dimana saat itu merupakan
saat Yesus datang untuk ke dua kalinya.
Dalam Inkarnasi Yesus Kristus, PB
melihat sebagian pengharapan PL telah digenapi, dan dalam kedatanganNya yang
kedua kali kelak penggenapan seutuhnya pengharapan itu. Apa yang menurut
pengharapan PL akan terjadi dalam satu hari, menurut PB digenapi dalam dua
hari. Penggenapan pendahuluan dan penggenapan purna adalah dua bagian dari
hanya satu pekerjaan pelepasan. Walaupun nada penggenapan sudah berkali-kali
dicanangkan dalam PB ( Luk 4:18-21; 10:23-24; Mat 11:4-5; 13:16-17 ), namun
penggenapan purna itu masih akan datang. Hari penggenapan purna harus datang
untuk membawa kepenuhan berkat-berkat akhir jaman yang kini dikecap baru
sebagian. Jadi peristiwa-peristiwa yang menyertai kedatangan Yesus yang kedua
kali tidaklah mengantarkan berkat yang sama sekali baru. Apa yang dikerjakan
Yesus pada saat kematian dan kebangkitanNya, akan digenapi tuntas seutuhnya
pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.[7]
Jadi menurut Perjanjian Baru, akhir jaman merupakan saat dimana Yesus datang
yang kedua kali untuk membawa kepenuhan berkat-berkat dan merupakan penggenapan
dari sebagian pengharapan yang telah digenapi di Perjanjian Lama.
Bab III. Tinjauan Historis
3.1
Latar belakang Teks Matius
Pada dua dekade terakhir
abad pertama jemaat Matius merupakan suatu jemaat mapan. Bahasanya adalah
Yunani dan warganya berlatar belakang baik Yahudi maupun kafir. Selanjutnya,
jemaat tersebut merupakan jemaat kota
dan makmur. Letaknya mungkin di atau dekat Antiokhia di Siria. Suasana yang di
dalamnya jemaat ini hidup adalah suasana pertentangan, baik dari dalam maupun
dari luar. Dari luar, jemaat ini berhadapan dengan penganiayaan bangsa kafir,
tetapi terutama Yahudi. Dari dalam, jemaat ini diganggu antara lain, oleh
nabi-nabi palsu pembuat mujizat. Namun karena ikatannya dengan Yudaisme
sejamannya memburuk, maka jemaat ini memandang dirinya sebagai suatu
persaudaraan anak-anak Allah dan murid Yesus. Jemaat ini tahu bahwa Anak Allah
yang dimuliakan tinggal di tengah-tengah mereka.[8]
St.
Ireneus ( sekitar tahun 125 Masehi ) menegaskan bahwa Matius menuliskan
Injilnya dalam bahasa Ibrani sewaktu Petrus dan Paulus mewartakan Injil dan
mendirikan gereja Roma, yakni sesudah tahun 49 Masehi. Namun Injil dengan nama
Matius yang kita miliki sekarang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani; dan
barangkali berdasar pada Matius bahasa Aram serta Injil Markus. Ada cukup banyak petunjuk
bahwa Injil Matius kita disusun diantara dan untuk umat Kristen yang sebagian
besar sebelumnya adalah orang-orang kafir, jadi bukan untuk umat Kristen
Yahudi.[9]
Setting utama dari Injil ini adalah
dalam gereja Kristen. Penulisnya adalah seorang Kristen Yahudi. Dia adalah
pendeta yang diakui dan menulis sebagai pemimpin pekerjaan, seorang guru yang
aktif dan efektif dalam gereja. Injil ini bukanlah ada dalam kelompok Kristen
Yahudi yang eksklusif dan sempit, tetapi lebih kepada kelompok dan tempat yang
memiliki hubungan dengan gereja yang lebih luas. Injil ini dikenal pada abad ke
dua. Itu merupakan Injil yang secara luas diterima sehubungan dengan abad
mula-mula. Bukanlah hal yang sulit untuk memperoleh penerimaan dalam gereja non
Yahudi. Jadi Injil itu tidaklah datang dari kelompok di luar dari gereja yang
luas itu. Injil itu beredar dalam gereja yang luas dengan tepat dan lebih luas,
sehingga Injil itu pasti datang dari lingkungan orang Kristen Yahudi menuju non
Yahudi. Jika Injil itu berlangsung sebelum gereja Yerusalem melarikan diri ke Pella sekitar 66 AD, kita
dapat memperkirakan Yerusalem sebagai tempat penulisan.[10]
Kita menemukan suatu tema rangkap tiga
yang terkandung dalam kitab Matius, yaitu :[11]
- Matius secara istimewa menganggap Yesus sebagai “Emmanuel” ( Allah beserta kita ), karena Ia mempunyai minat istimewa pada sifat gereja, lewat mana Tuhan yang telah bangkit tinggal di antara pengikut-pengikutNya,
- Matius kerap menunjukkan bagaimana nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam penyempurnaan ilahi diri Yesus,
- Matius suka menunjukkan betapa kata-kata dan perbuatan Yesus merupakan langkah-langkah yang demikian banyak dalam mendirikan “kerajaan sorga” di atas bumi ( gereja Kristus ).
Dengan
memperhatikan tema-tema diatas kita dapat mengetahui bahwa Injil Matius suka
akan pemberitaan tentang Yesus Kristus, termasuk pemberitaan akan kedatanganNya
kembali sebagai penggenapan janjiNya.
Matius
ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa : hampir semua orang Israel
menolak Yesus dan kerajaanNya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang
sebagai mesias yang rohani dan bukan sebagai mesias yang politis. Selain itu
Matius juga ingin agar pembaca memahami bahwa hanya pada akhir jaman Yesus akan
datang dalam kemuliaanNya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan
memerintah semua bangsa.[12]
3.2
Latar belakang Teks Daniel
Para
ahli membedakan latar belakang penulisan kitab Daniel. Beberapa orang mempercayai
yang tertulis dan percaya bahwa Daniel kedua-duanya mengandung
peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam Dan 1-6 dan juga menuliskan mengenai
penglihatan dalam Dan 7-12. Lainnya meyakini bahwa kisah itu adalah legenda,
yang tidak direkam sampai beberapa lama setelah masa kejatuhan Babilonia.
Mereka berpikir bahwa penglihatan itu digubah pada masa Antiokhus IV untuk
memberi semangat pada orang Yahudi di masa itu, yang sedang menghadapi
pengejaran dan kematian.[13]
Kitab Daniel bukanlah
kumpulan legenda yang menyajikan sukacita bagi pembacanya, melainkan suatu
kitab apokaliptik, yang menceritakan kehidupan penglihat masa depan dan sejarah
ketiga kerajaan dunia, kemudian penglihatan tentang kerajaan ke empat, seperti
yang dilukiskan dalam Dan 2:40-43; 7:7. 19; juga tentang Antiokhus III, selaku
raja yang jahat dan penghujat Allah akhir jaman menurut Dan 7:9-12, 26 dan
kemudian dinubuatkan kehadiran dan kedatangan dan sekaligus permulaan kerajaan
Allah dalam Dan 7:12, 14, 27. Ini semua merupakan apokaliptik berbahasa Aram
yang tergolong kelompok kecil, yang oleh seorang atau beberapa orang penyusun
di kemudian hari dijumpai dan dijadikan menjadi sumber dalam menyusun dan
melengkapi pokok-pokok kitab Daniel. Secara lengkap kitab Daniel diselesaikan
penulisannya kira-kira tahun 200 SM.[14]
Kronologis
situasi historis dalam kitab Daniel dapat diurutkan sebagai berikut:[15]
- Antiokhus III dari Siria memerintah sekitar 223-187 SM. Para peneliti Perjanjian Lama, khususnya kitab Daniel hampir sependapat bahwa kitab Daniel dan bagian-bagiannya yang beranekaragam, dituliskan sekitar tahun 200 dan 160 SM, yaitu pada masa atau jaman Helenistik terakhir.
- Jaman Helenistik ini di mulai dengan penyerbuan raja Alexander dari Makedonia, yang memerintah tahun 336-323 SM, dan merebut kerajaan Persia dan berhasil dengan bantuan bala tentaranya yang terdiri dari orang-orang Yunani, menerobos hingga perbatasan India. Dengan kemenangan raja Yunani ini, maka kerajaan-kerajaan di Timur Tengah Kuno yang selama ini dikuasai raja Persia, sekarang menjadi jajahan raja Alexander untuk beberapa ratus tahun kemudian melalui keturunannya.
- Dengan kemenangan kerajaan Yunani ini, maka melalui tentara dan pegawai-pegawai yang duduk di eselon-eselon tertinggi, juga dengan bantuan pedagang-pedagang, seluruh daerah jajahan dipaksakan berbahasa Yunani, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dan terutama di kantor-kantor pemerintah/swasta. Namun bukan hanya bahasa Yunani dipaksakan menjadi bahasa nasional/internasional, tetapi juga cara berpikir dan gaya hidup Yunani secara bertahap diajarkan di seluruh kekuasaan kerajaan Yunani.
- Dengan pertemuan bahasa Yunani dan budayanya dengan bangsa-bangsa di kawasan Timur Tengah Kuno, maka terjadilah percampuran dalam berbagai kehidupan, bahasa, budaya dan agama, yang berlangsung beratus tahun sejak Alexander Agung menjadi penguasa di dunia yang di kenal waktu itu. Percampuran budaya-budaya inilah sebenarnya yang disebut “Hellenismus”
- kemudian pada Tahun 175 Antiokhus IV seorang anak dari Antiokhus III naik tahta di kerajaan Seleukid, mungkin dengan tipu muslihat dan penindasan. Kerajaannya tidak mantap dan masih terpecah-pecah, dan untuk mempersatukannya dia mendorong dan memajukan segala unsur kebudayaan Helenistik, termasuk ibadah kepada dewa Zeus, selaku kepala dewa-dewa Yunani, serta dewa-dewa Yunani yang lain. Disamping itu Antiokhus menghendaki supaya para penduduk kerajaannya memuja dia sendiri sebagai penjelmaan dewa Zeus. Antiokhus mulai campurtangan dalam agama Yahudi jauh lebih banyak daripada semua raja asing terdahulu.
Dalam
situasi yang seperti inilah kitab Daniel menuliskan tokoh Daniel sebagai
teladan orang percaya di tengah masyarakat yang berlainan agama. Cerita tentang
seorang yang patut di contoh berperan
dalam kesusasteraan Yahudi dan Kristen. Dan 1-6 menjadi pelopor sekian banyak
cerita “pahlawan iman”. Akan tetapi di dalam Dan 7-12 Daniel sendiri berbicara
sebagai pelihat yang menerima wahyu, yang maknanya diuraikan oleh seorang
malaikat dan yang semuanya menunjuk kepada kedatangan Allah sebagai raja.[16]
Namun
kitab Daniel tidak hanya terbatas pada masa Antiokhus Epifanes ( Antiokhus IV )
atau pada penghancuran Yerusalem oleh tentara Romawi, pada tahun 100 atau
bahkan tahun 2000. Kitab ini dimaksudkan “untuk waktu terakhir jaman” dan untuk
menyatakan kepada siapapun dimana jaman mereka adalah jaman penganiayaan yang
hebat, bahwa Yang Mahatinggi memerintah dan orang-orang kudusNya akan mewarisi
kerajaan yang tidak akan pernah hancur.[17]
Kitab
Daniel sendiri mempunyai dua maksud dalam penulisannya yaitu :
- Untuk menenteramkan hati umat Perjanjian Lama bahwa hukuman pembuangan mereka diantara bangsa-bangsa kafir tidak akan menjadi nasib tetap mereka, dan
- Untuk mewariskan kepada umat Allah sepanjang sejarah berbagai penglihatan bersifat nubuat tentang kedaulatan Allah atas bangsa-bangsa dan kemenangan terakhir kerajaanNya di bumi.
Kitab
ini menegaskan bahwa janji-janji Allah untuk memelihara dan mengembalikan umat
perjanjianNya adalah sama pastinya dengan kerajaan Mesias yang akan datang dan
akan bertahan selamanya.[18]
Berbeda dengan kerajaan-kerajaan dunia yang bagaimanapun jayanya, namun pasti
akan berakhir.
Bab IV. Penafsiran
4.1
Matius 24:5-14
Perikop ini berisikan tanda-tanda
yang menunjukkan proses menuju kedatanganNya, yang dapat diringkaskan sebagai
berikut :
·
Ayat 5 mengatakan tentang adanya mesias palsu
yang menyesatkan,
·
Ayat 6 mengatakan tentang adanya peperangan,
·
Ayat 7 mengatakan tentang adanya pertentangan
antar bangsa dan kerajaan, serta kelaparan dan gempa bumi,
·
Ayat 8 mengatakan bahwa semua yang terjadi
diayat sebelumnya adalah permulaan penderitaan,
·
Ayat 9 mengatakan penyiksaan dan penderitaan
orang-orang percaya
·
Ayat 10 mengatakan bahwa akan banyak orang
murtad
·
Ayat 11 mengatakan tentang munculnya nabi palsu
·
Ayat 12 mengatakan akan sirnanya rasa kasih
·
Ayat 13 mengatakan janji pada orang percaya yang
masih bertahan
·
Ayat 14 mengatakan bahwa kabar ini akan tersiar
di seluruh dunia
Sebagaimana
tertulis dalam pembahasan Latarbelakang Matius bahwa Matius ingin sekali agar
pembacanya memahami bahwa : hampir semua orang Israel menolak Yesus dan
kerajaanNya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai mesias yang
rohani dan bukan sebagai mesias yang politis. Mungkin hal inilah yang ingin
ditentang oleh penulis Matius dalam ayat yang ke 5. Dimana ia ingin menunjukkan
bahwa Yesuslah sang Mesias yang sesungguhnya.
Injil
Matius kerap menunjukkan bagaimana nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam
penyempurnaan ilahi diri Yesus dan untuk itu maka Matius menuliskan Injilnya
yang ditujukan kepada orang-orang kafir. Agar orang-orang Kafir tersebut
mengetahui bahwa pengharapan mereka akan digenapi dalam diri Yesus Kristus yang
akan datang kembali.
Secara
keseluruhan ayat 5-12 menceritakan kejadian-kejadian yang semuanya menunjukkan
pada penderitaan yang akan dialami oleh setiap orang tanpa terkecuali. Hal ini
digunakan untuk menegor orang-orang kafir agar bertobat dan turut serta menjadi
pengikut Yesus serta percaya kepadaNya. Juga kepada orang percaya agar
senantiasa berjaga-jaga. Kemudian dilanjutkan dengan ayat ke 13 yang ditujukan
bagi peneguhan iman orang percaya, agar tetap setia menantikan kedatanganNya
tersebut. Diikuti ayat ke 14 yang ingin mengatakan bahwa Injil Kerajaan yaitu
Injil tentang kedatangan Yesus untuk mendirikan kerajaanNya di bumi, harus
diberitakan kepada setiap bangsa tanpa terkecuali. Ayat ke 14 inilah yang
menunjukkan keuniversalan pemberitaan Injil yang dituliskan oleh Matius.
Injil
kerajaan tentang kedatangan Yesus yang ke dua kalilah yang hendak diberitakan
oleh Matius. Matius menuliskan perikop ini bukanlah bermaksud untuk mengatakan
bahwa “saat itu” dapat diketahui dengan tanda-tanda yang diberikannya, melainkan ingin mengatakan bahwa “saat itu”
akan benar-benar datang dan untuk itu maka setiap orang haruslah mengetahuinya.
Dengan
demikian perikop ini dituliskan sebagai panggilan pertobatan kepada orang-orang
yang belum percaya dan panggilan untuk senantiasa berjaga-jaga bagi orang-orang
percaya. Perikop ini menegur orang-orang yang belum bertobat dan memberikan
peneguhan kepada orang-orang percaya. Injil tentang akhir jaman ini bertujuan
agar umat percaya senantiasa bertahan hingga akhir hidup mereka mengingat latar
belakangnya, dimana terdapat pertentangan dari dalam dan dari luar. Karena
janji keselamatan akan diberikan kepada setiap orang yang bertahan hingga ke
akhir.
4.2
Daniel 9:27
Sebagaimana kita ketahui
pada pembahasan sebelumnya bahwa kitab Daniel ditulis dalam keadaan dimana
Antiokhus III selaku raja yang jahat dan penghujat Allah dan dilanjutkan oleh
anaknya Antiokhus IV yang juga menghujat Allah. Dimana mereka mendorong dan
memajukan segala unsur kebudayaan Helenistik, termasuk ibadah kepada dewa Zeus,
selaku kepala dewa-dewa Yunani, serta dewa-dewa Yunani yang lain. Disamping itu
Antiokhus IV menghendaki supaya para penduduk kerajaannya memuja dia sendiri
sebagai penjelmaan dewa Zeus. Sehingga dapat dikatakan bahwa keadaan orang
percaya pada saat itu sangatlah menderita, karena mereka harus melawan perintah dari
penguasa untuk menyembah dia sebagai dewa.
Kisah
dari sebagian awal kitab ini menunjukkan kemenangan di antara penderitaan yang
mungkin saja merupakan hasil dari iman. Daniel dan sahabat-sahabatnya
mempercayai Allah dan diselamatkan dari bencana yang telah direncanakan musuh
mereka bagi mereka. Secara jelas penulis memaksudkan kisah ini untuk
membangkitkan iman diantara mereka yang mengalami pengejaran, dengan menjamin
mereka bahwa Allah ada dalam kuasa dan bahwa Dia peduli pada umatNya. Sebagian
berikutnya adalah apokaliptik. Hal itu mengacu dengan cara tersembunyi tentang
hal-hal yang akan terjadi pada saat dituliskan. Dengan cara yang sama hal itu
menggambarkan bagaimana kehadiran dan kekuatan Allah membawa kemenangan
diantara setan dan membawa kepada pembangunan kerajaanNya.[19]
Pada
setiap jaman, mereka yang merindukan pemulihan Yerusalem menemukan di sini
pesan yang penuh harapan. Mereka yang mencari raja Mesias diyakinkan bahwa Ia
akan datang. Mereka yang hidup pada masa kesukaran, perang dan pemusnahan,
mengetahui bahwa kesulitan itu hanya selama “tujuh masa” dan pada akhirnya
“yang membinasakan” akan mengalami pemusnahan yang telah ditetapkan.[20]
Dengan
demikian ayat ini dituliskan dengan tujuan untuk menguatkan orang Yahudi yang
pada waktu itu mengalami pengejaran dan penyiksaan oleh raja Antiokhus IV.
Sebab pendirian kerajaan Allah yang diberitakan akan datang merupakan semacam
pemulihan atau akhir perhambaan bagi orang-orang yang teraniaya itu.
Berita kitab Daniel tentang kerajaan
Allah ini juga mengisyaratkan bahwa akan datang suatu kerajaan kekal yang tidak
akan berakhir, berbeda dengan kerajaan raja-raja yang pernah ada di bumi.
Sehingga seluruh umat mengetahui kemuliaanNya yang akan mengalahkan segala
setan. Dengan kata lain kedatanganNya akan menghapuskan segala bentuk kekejaman
terhadap umat percaya. .
Bab V. Refleksi Teologis
Apabila kita perhatikan keadaan
dunia ini dari jaman ke jaman semakin memburuk, baik itu keadaan manusianya
ataupun keadaan alamnya. Dimana-mana terjadi kelaparan, tanah longsor, gempa
bumi dan masih banyak lagi bencana lainnya. Moral manusia pun sebagian besar
telah menurun. Terbukti dengan terjadinya perkosaan antar hubungan sedarah dan
terjadinya kejahatan dimana-mana. Memang hal-hal ini bukanlah hal-hal yang
asing, karena sudah pernah terjadi dari jaman ke jaman. Namun keadaan semakin
memburuk di masa kini. Terjadinya berbagai peristiwa inilah yang membuat banyak
orang yang menganggap mampu untuk menafsirkan datangnya akhir jaman. Karena
mereka menganggap peristiwa itu sesuai dengan tanda-tanda akhir jaman yang ada
dalam Matius 24, sehingga dengan demikian berarti akhir jaman itu akan segera
tiba.
Keadaan dunia yang seperti ini hampir
sama dengan latar belakang kemasyarakatan pada waktu Injil Matius dituliskan.
Karena jemaat pada waktu itu juga mengalami tantangan dari dalam dan dari luar.
Akan tetapi Injil Matius tidak bermaksud untuk menentukan waktu kedatanganNya,
melainkan suatu panggilan untuk berjaga-jaga dan senantiasa setia sampai akhir.
Pemerintah-pemerintahan keji yang
diceritakan dalam kitab Daniel menunjukkan penderitaan dan kekuasaan di bumi yang
pasti ada akhirnya. Karena kekuasaan dan penderitaan itu akan dihapuskan dengan
kedatanganNya.
Dengan demikian seharusnya
masyarakat saat ini menyadari bahwa berbagai bencana yang terjadi saat ini
merupakan panggilan untuk berjaga-jaga. Agar setiap umat merenungkan kehidupan
yang telah dijalaninya, apakah sudah sesuai dengan perintahNya atau justru telah
melenceng. Bukan justru berusaha meramalkan datangnya hari itu. Karena tidak
ada seorang pun yang tahu kapan datangnya saat itu. Seperti yang tertulis dalam
Matius
24:36 “Tetapi tentang hari dan
saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan
Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” Oleh karena itu berita tentang tanda-tanda
akhir jaman menjelang kedatanganNya itu mengajak setiap umat percaya untuk
merenungkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat fana karena semua
itu akan berakhir dengan kedatanganNya. Untuk itu setiap umat harus senantiasa
berjaga-jaga dan setia, agar dapat turut serta dalam kerajaanNya kelak.
Dalam hal inilah gereja seharusnya
turut berperan dalam mengarahkan jemaat akan pemahaman tentang tanda-tanda
akhir jaman itu. Agar umat tidak salah memahami makna dari setiap peristiwa
yang terjadi dewasa ini. Serta tidak menjadi tersesat oleh nabi-nabi palsu yang
mengaku mengetahui kapan datangnya saat itu.
Bab V. Kesimpulan
Tanda-tanda
akhir jaman yang tertulis dalam kitab Matius dan Daniel bukanlah dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa kedatanganNya kelak dapat diprediksi dengan
peristiwa-peristiwa yang dituliskan itu. Melainkan meneguhkan setiap umat
percaya di tengah-tengah keadaan yang terus menguji iman. Dengan demikian
setiap umat mengetahui bagaimana menempatkan diri agar dapat tetap
mempertahankan iman dalam keadaan yang penuh godaan dan tantangan. Suatu sikap
berjaga-jaga dari umat yang diinginkan. Selain itu juga dimaksudkan agar umat
mengetahui bahwa kelak akan datang kerajaan kekal di bumi, yang berbeda dengan
kerajaan-kerajaan yang pernah ada. Bahwa Dia akan datang kembali untuk
mewujudkan kepenuhan berkatNya atas umatNya.
[1] Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, BPK GM, Jakarta, 2005 : hlm. 483
[2] …….., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini ( Vol 2 ),
Universities and Colleges Christian Fellowship, England, 1982 : hlm. 286
[3] William
Wilson, Wilson’s Old Testament Word
Studies, Mac Donald Publishing Co : hlm. 109
[4] R.
Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, BPK GM,
Jakarta, 2006 :
hlm. 254
[5] Gerhard
Kittel ( ed ),The Dictionary of New
Testament, W.M. B. Eerdmans Publishing Company, Michigan, 1976 : hlm. 697
[6] William
F. Arndt & F. Wilburgingrich, A
Greek-English Lexicon of The New Testament and Other Early Christian Literature,
The University of Chicago Press, Chicago, 1957 : hlm. 313
[7] ….., Op. Cit : hlm. 286
[8] Jack
Dean Kingsburg, Injil Matius sebagai
Cerita, BPK GM, Jakarta,
2000 : hlm. 211
[9] Lembaga
Biblika Indonesia, Tafsir Injil Matius, Kanisius, Yogyakarta, 1981 : hlm. 14-15
[10] Floyd
V. Hilson, A Commentary on The Gospel
according to St. Matthew, Harper & Brother Publisher, New York, 1960 :
hlm.13-14
[11] Ibid : hlm. 22
[12] ….., Alkitab Penunutun Hidup Berkelimpahan,
Gandum Mas, Malang,
2006 : hlm. 1496
[13] David
F. Hinson, Old Testament Introduction 2 (
The Book of The Old Testament ), S.P.C.K, London, 1974 : hlm. 127-128
[14] S. M.
Siahaan & Robert M. Paterson, Kitab
Daniel ( Latar belakang, Tafsiran dan Pesan ), BPK GM, Jakarta, 2007 : hlm. 30
[15] Ibid : hlm. 42, 43, 45
[16] C.
Barth, Theologi Perjanjian Lama 4,
BPK GM, Jakarta,
2005 : hlm. 136
[17] W.S
Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2,
BPK GM, Jakarta,
2004 : hlm. 410
[18]
......., Op. Cit : hlm. 1339
[19] David
F. Hinson, Op. Cit : hlm. 130
[20] W.S
Lasor, dkk, Op. Cit : hlm. 423
Tidak ada komentar:
Posting Komentar