Minggu, 04 Mei 2014

Tanda-tanda Akhir Zaman (Suatu Tinjauan biblika terhadap Matius 24: 5-14 dan Daniel 9:27)



 


“Tanda-Tanda Akhir Zaman”
( Suatu Tinjauan biblika terhadap Matius 24: 5-14 dan Daniel 9:27 )

Bab I. Pendahuluan
            Kenaikan Yesus ke surga meninggalkan janji, yaitu kedatanganNya yang ke dua kali ke dunia untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. KedatanganNya yang ke dua kali itu disebut sebagai akhir jaman ( eskatologi ). Dengan demikian umat Kristen saat ini hidup dalam penantian akan datangnya saat tersebut.
            Alkitab memberitakan beberapa peristiwa yang akan menjadi tanda-tanda kedatangan tersebut. Jika tanda-tanda tersebut dikumpulkan dapat disingkatkan sebagai berikut :
  1. Akan datang Kristus-Kristus yang palsu, yang akan menyesatkan banyak orang ( Mat 24:5 ),
  2. Akan datang godaan besar, yang akan menjadikan banyak orang murtad; ada penganiayaan, saling benci-membenci, sehingga keluarga pecah-belah, saling bunuh-membunuh ( Mat 24:8-12; Mrk 13:12 ),
  3. Akan ada perang, dan kabar perang, bala kelaparan dan gempa bumi ( Mat 24:6,7 ),
  4. Akan ada bencana-bencana alam yang besar sekali ( Mat 24:29 ),
  5. Di langit akan ada tanda Anak manusia ( Mat 24:30 ),
  6. Akan ada banyak orang berpaling daripada iman, murtad ( 2 Tes 2:3 ),
  7. Datanglah “manusia durhaka” yaitu Anti Kristus ( 2 Tes 2:3-7 ),
  8. Injil kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia ( Mat 24:14 ),
  9. Kerajaan seribu tahun ( Why 20 )
  10. Bangsa Yahudi akan bertobat ( Rm 11:2,28,29 ).
Tanda-tanda inilah yang di sepanjang abad-abad yang lalu telah diterima oleh gereja sebagai tanda-tanda yang harus mendahului kedatangan Kristus, artinya: Tuhan Yesus Kristus tidak akan datang kembali sebelum tanda-tanda ini semua terjadi. Jadi semua tanda ini adalah kejadian-kejadian yang akan terjadi pada waktu-waktu sebelum akhir jaman, jadi di bagian terakhir dari tahapan jaman sekarang ini.[1]
Apabila kita perhatikan keadaan di dunia saat ini yang telah mengalami banyak bencana, peperangan, kelaparan, dan sebagainya. Maka timbul pertanyaan, apakah dunia ini akan segera berakhir? Mengingat berbagai peristiwa tersebut telah tercantum di Alkitab sebagai tanda-tanda akhir jaman ( Mat 24 ). Bahkan terdapat beberapa kalangan yang mengeluarkan pendapat tentang kapan tepatnya datangnya saat tersebut. Padahal tidak seorang pun tahu kapan datangnya saat itu. Lantas apakah maksud Allah melalui pemberitaan Alkitab tentang tanda-tanda akhir jaman itu?
Untuk mengetahui maksud Allah melalui pemberitaan tersebut, maka penyaji membuat suatu sajian yang berjudul “Tanda-tanda akhir jaman” dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Etimologi dan Pemahaman tentang Akhir Jaman
Bab III. Tinjauan Historis
            3. 1 Latar belakang Teks Matius
            3. 2 Latar belakang Teks Daniel
Bab IV. Penafsiran
                        4. 1 Matius 24 : 6-14
            4. 2 Daniel 9 : 27
Bab V. Refleksi Teologis
Bab VI. Kesimpulan



Bab II. Etimologi dan Pemahaman tentang Akhir jaman
            Ajaran Alkitab tentang akhir jaman ( eskatologi ) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia. Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diriNya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umatNya, dan peristiwa yang terpenting dari semuanya itu adalah kedatangan anakNya Yesus Kristus.[2] Saat kedatangan itu tiba maka terjadilah Akhir Jaman.
            Dalam Perjanjian Lama saat itu disebut sebagai יוֹם יהוה” ” (Hari Tuhan). Hari seringkali diartikan secara umum, atau untuk waktu yang lama : seluruh periode dipertimbangkan, sebagaimana hari yang menandakan dalam waktu seperti : pada hari itu, pada waktu itu. Hari juga dimaksudkan untuk musim tertentu atau waktu dimana peristiwa luar biasa terjadi, apakah itu kemakmuran dan kejayaan, atau merugikan dan mendatangkan bencana ; dimana hari itu keduanya dimiliki baik oleh Tuhan yang membuatnya atau oleh mereka yang mengalaminya. “Hari Tuhan” merupakan sebuah hari rahmat atau penghukuman Tuhan dan penghakiman.[3]
            Dalam Perjanjian Lama Yoom YHWH dinubuatkan berisi : [4]
  1. Hari murka Tuhan yang mendatangkan hukuman pengasingan,
  2. Bangsa Israel bertobat dan Tuhan akan mengembalikannya dari pembuangan,
  3. Yerusalem dengan bait Allah akan dibangun kembali,
  4. Sang Mesias akan datang dari keturunan Daud dan akan memegang pemerintahan yang kuat,
  5. Akhir jaman kemudian akan datang.
            Dalam Perjanjian Baru saat itu disebut dengan “εσκατος” ( terakhir ). Kegunaan umum dari istilah ini adalah untuk sesuatu hal yang terakhir baik secara materi atau ruang atau waktu. Pada saat yang sama eskaton menunjukkan penutupan sebuah babak, sehingga dari sisi eskaton ini tidak mungkin ada suatu kejadian yang sama.[5] εσχατος, η, ον berarti terakhir dalam : [6]
  1. Tempat, mungkin dimengerti sebagai tempat yang paling sudut
  2. Urutan atau keberhasilan, terakhir,
  3. Waktu terakhir, yang datang terakhir atau yang terakhir dari sesuatu yang tersisa : mengacu kepada hubungannya dengan sesuatu, mengacu kepada situasi dimana tidak ada lagi kejadian yang mengikuti.
Dengan demikian “eskaton” adalah akhir dari suatu jaman. Dimana saat itu merupakan saat Yesus datang untuk ke dua kalinya.
            Dalam Inkarnasi Yesus Kristus, PB melihat sebagian pengharapan PL telah digenapi, dan dalam kedatanganNya yang kedua kali kelak penggenapan seutuhnya pengharapan itu. Apa yang menurut pengharapan PL akan terjadi dalam satu hari, menurut PB digenapi dalam dua hari. Penggenapan pendahuluan dan penggenapan purna adalah dua bagian dari hanya satu pekerjaan pelepasan. Walaupun nada penggenapan sudah berkali-kali dicanangkan dalam PB ( Luk 4:18-21; 10:23-24; Mat 11:4-5; 13:16-17 ), namun penggenapan purna itu masih akan datang. Hari penggenapan purna harus datang untuk membawa kepenuhan berkat-berkat akhir jaman yang kini dikecap baru sebagian. Jadi peristiwa-peristiwa yang menyertai kedatangan Yesus yang kedua kali tidaklah mengantarkan berkat yang sama sekali baru. Apa yang dikerjakan Yesus pada saat kematian dan kebangkitanNya, akan digenapi tuntas seutuhnya pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.[7] Jadi menurut Perjanjian Baru, akhir jaman merupakan saat dimana Yesus datang yang kedua kali untuk membawa kepenuhan berkat-berkat dan merupakan penggenapan dari sebagian pengharapan yang telah digenapi di Perjanjian Lama.


Bab III. Tinjauan Historis
3.1 Latar belakang Teks Matius
            Pada dua dekade terakhir abad pertama jemaat Matius merupakan suatu jemaat mapan. Bahasanya adalah Yunani dan warganya berlatar belakang baik Yahudi maupun kafir. Selanjutnya, jemaat tersebut merupakan jemaat kota dan makmur. Letaknya mungkin di atau dekat Antiokhia di Siria. Suasana yang di dalamnya jemaat ini hidup adalah suasana pertentangan, baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar, jemaat ini berhadapan dengan penganiayaan bangsa kafir, tetapi terutama Yahudi. Dari dalam, jemaat ini diganggu antara lain, oleh nabi-nabi palsu pembuat mujizat. Namun karena ikatannya dengan Yudaisme sejamannya memburuk, maka jemaat ini memandang dirinya sebagai suatu persaudaraan anak-anak Allah dan murid Yesus. Jemaat ini tahu bahwa Anak Allah yang dimuliakan tinggal di tengah-tengah mereka.[8]
St. Ireneus ( sekitar tahun 125 Masehi ) menegaskan bahwa Matius menuliskan Injilnya dalam bahasa Ibrani sewaktu Petrus dan Paulus mewartakan Injil dan mendirikan gereja Roma, yakni sesudah tahun 49 Masehi. Namun Injil dengan nama Matius yang kita miliki sekarang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani; dan barangkali berdasar pada Matius bahasa Aram serta Injil Markus. Ada cukup banyak petunjuk bahwa Injil Matius kita disusun diantara dan untuk umat Kristen yang sebagian besar sebelumnya adalah orang-orang kafir, jadi bukan untuk umat Kristen Yahudi.[9]
            Setting utama dari Injil ini adalah dalam gereja Kristen. Penulisnya adalah seorang Kristen Yahudi. Dia adalah pendeta yang diakui dan menulis sebagai pemimpin pekerjaan, seorang guru yang aktif dan efektif dalam gereja. Injil ini bukanlah ada dalam kelompok Kristen Yahudi yang eksklusif dan sempit, tetapi lebih kepada kelompok dan tempat yang memiliki hubungan dengan gereja yang lebih luas. Injil ini dikenal pada abad ke dua. Itu merupakan Injil yang secara luas diterima sehubungan dengan abad mula-mula. Bukanlah hal yang sulit untuk memperoleh penerimaan dalam gereja non Yahudi. Jadi Injil itu tidaklah datang dari kelompok di luar dari gereja yang luas itu. Injil itu beredar dalam gereja yang luas dengan tepat dan lebih luas, sehingga Injil itu pasti datang dari lingkungan orang Kristen Yahudi menuju non Yahudi. Jika Injil itu berlangsung sebelum gereja Yerusalem melarikan diri ke Pella sekitar 66 AD, kita dapat memperkirakan Yerusalem sebagai tempat penulisan.[10]
            Kita menemukan suatu tema rangkap tiga yang terkandung dalam kitab Matius, yaitu :[11]
  1. Matius secara istimewa menganggap Yesus sebagai “Emmanuel” ( Allah beserta kita ), karena Ia mempunyai minat istimewa pada sifat gereja, lewat mana Tuhan yang telah bangkit tinggal di antara pengikut-pengikutNya,
  2. Matius kerap menunjukkan bagaimana nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam penyempurnaan ilahi diri Yesus,
  3. Matius suka menunjukkan betapa kata-kata dan perbuatan Yesus merupakan langkah-langkah yang demikian banyak dalam mendirikan “kerajaan sorga” di atas bumi ( gereja Kristus ).
Dengan memperhatikan tema-tema diatas kita dapat mengetahui bahwa Injil Matius suka akan pemberitaan tentang Yesus Kristus, termasuk pemberitaan akan kedatanganNya kembali sebagai penggenapan janjiNya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa : hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaanNya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai mesias yang rohani dan bukan sebagai mesias yang politis. Selain itu Matius juga ingin agar pembaca memahami bahwa hanya pada akhir jaman Yesus akan datang dalam kemuliaanNya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.[12]

3.2 Latar belakang Teks Daniel
            Para ahli membedakan latar belakang penulisan kitab Daniel. Beberapa orang mempercayai yang tertulis dan percaya bahwa Daniel kedua-duanya mengandung peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam Dan 1-6 dan juga menuliskan mengenai penglihatan dalam Dan 7-12. Lainnya meyakini bahwa kisah itu adalah legenda, yang tidak direkam sampai beberapa lama setelah masa kejatuhan Babilonia. Mereka berpikir bahwa penglihatan itu digubah pada masa Antiokhus IV untuk memberi semangat pada orang Yahudi di masa itu, yang sedang menghadapi pengejaran dan kematian.[13]    
            Kitab Daniel bukanlah kumpulan legenda yang menyajikan sukacita bagi pembacanya, melainkan suatu kitab apokaliptik, yang menceritakan kehidupan penglihat masa depan dan sejarah ketiga kerajaan dunia, kemudian penglihatan tentang kerajaan ke empat, seperti yang dilukiskan dalam Dan 2:40-43; 7:7. 19; juga tentang Antiokhus III, selaku raja yang jahat dan penghujat Allah akhir jaman menurut Dan 7:9-12, 26 dan kemudian dinubuatkan kehadiran dan kedatangan dan sekaligus permulaan kerajaan Allah dalam Dan 7:12, 14, 27. Ini semua merupakan apokaliptik berbahasa Aram yang tergolong kelompok kecil, yang oleh seorang atau beberapa orang penyusun di kemudian hari dijumpai dan dijadikan menjadi sumber dalam menyusun dan melengkapi pokok-pokok kitab Daniel. Secara lengkap kitab Daniel diselesaikan penulisannya kira-kira tahun 200 SM.[14]
Kronologis situasi historis dalam kitab Daniel dapat diurutkan sebagai berikut:[15]
  1. Antiokhus III dari Siria memerintah sekitar 223-187 SM. Para peneliti Perjanjian Lama, khususnya kitab Daniel hampir sependapat bahwa kitab Daniel dan bagian-bagiannya yang beranekaragam, dituliskan sekitar tahun 200 dan 160 SM, yaitu pada masa atau jaman Helenistik terakhir.
  2. Jaman Helenistik ini di mulai dengan penyerbuan raja Alexander dari Makedonia, yang memerintah tahun 336-323 SM, dan merebut kerajaan Persia dan berhasil dengan bantuan bala tentaranya yang terdiri dari orang-orang Yunani, menerobos hingga perbatasan India. Dengan kemenangan raja Yunani ini, maka kerajaan-kerajaan di Timur Tengah Kuno yang selama ini dikuasai raja Persia, sekarang menjadi jajahan raja Alexander untuk beberapa ratus tahun kemudian melalui keturunannya.
  3.  Dengan kemenangan kerajaan Yunani ini, maka melalui tentara dan pegawai-pegawai yang duduk di eselon-eselon tertinggi, juga dengan bantuan pedagang-pedagang, seluruh daerah jajahan dipaksakan berbahasa Yunani, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dan terutama di kantor-kantor pemerintah/swasta. Namun bukan hanya bahasa Yunani dipaksakan menjadi bahasa nasional/internasional, tetapi juga cara berpikir dan gaya hidup Yunani secara bertahap diajarkan di seluruh kekuasaan kerajaan Yunani.
  4.  Dengan pertemuan bahasa Yunani dan budayanya dengan bangsa-bangsa di kawasan Timur Tengah Kuno, maka terjadilah percampuran dalam berbagai kehidupan, bahasa, budaya dan agama, yang berlangsung beratus tahun sejak Alexander Agung menjadi penguasa di dunia yang di kenal waktu itu. Percampuran budaya-budaya inilah sebenarnya yang disebut “Hellenismus”
  5. kemudian pada Tahun 175 Antiokhus IV seorang anak dari Antiokhus III naik tahta di kerajaan Seleukid, mungkin dengan tipu muslihat dan penindasan. Kerajaannya tidak mantap dan masih terpecah-pecah, dan untuk mempersatukannya dia mendorong dan memajukan segala unsur kebudayaan Helenistik, termasuk ibadah kepada dewa Zeus, selaku kepala dewa-dewa Yunani, serta dewa-dewa Yunani yang lain. Disamping itu Antiokhus menghendaki supaya para penduduk kerajaannya memuja dia sendiri sebagai penjelmaan dewa Zeus. Antiokhus mulai campurtangan dalam agama Yahudi jauh lebih banyak daripada semua raja asing terdahulu.
Dalam situasi yang seperti inilah kitab Daniel menuliskan tokoh Daniel sebagai teladan orang percaya di tengah masyarakat yang berlainan agama. Cerita tentang seorang yang patut di contoh  berperan dalam kesusasteraan Yahudi dan Kristen. Dan 1-6 menjadi pelopor sekian banyak cerita “pahlawan iman”. Akan tetapi di dalam Dan 7-12 Daniel sendiri berbicara sebagai pelihat yang menerima wahyu, yang maknanya diuraikan oleh seorang malaikat dan yang semuanya menunjuk kepada kedatangan Allah sebagai raja.[16]
Namun kitab Daniel tidak hanya terbatas pada masa Antiokhus Epifanes ( Antiokhus IV ) atau pada penghancuran Yerusalem oleh tentara Romawi, pada tahun 100 atau bahkan tahun 2000. Kitab ini dimaksudkan “untuk waktu terakhir jaman” dan untuk menyatakan kepada siapapun dimana jaman mereka adalah jaman penganiayaan yang hebat, bahwa Yang Mahatinggi memerintah dan orang-orang kudusNya akan mewarisi kerajaan yang tidak akan pernah hancur.[17]
Kitab Daniel sendiri mempunyai dua maksud dalam penulisannya yaitu :
  1. Untuk menenteramkan hati umat Perjanjian Lama bahwa hukuman pembuangan mereka diantara bangsa-bangsa kafir tidak akan menjadi nasib tetap mereka, dan
  2. Untuk mewariskan kepada umat Allah sepanjang sejarah berbagai penglihatan bersifat nubuat tentang kedaulatan Allah atas bangsa-bangsa dan kemenangan terakhir kerajaanNya di bumi.
Kitab ini menegaskan bahwa janji-janji Allah untuk memelihara dan mengembalikan umat perjanjianNya adalah sama pastinya dengan kerajaan Mesias yang akan datang dan akan bertahan selamanya.[18] Berbeda dengan kerajaan-kerajaan dunia yang bagaimanapun jayanya, namun pasti akan berakhir.


Bab IV. Penafsiran
4.1 Matius 24:5-14
            Perikop ini berisikan tanda-tanda yang menunjukkan proses menuju kedatanganNya, yang dapat diringkaskan sebagai berikut :
·  Ayat 5 mengatakan tentang adanya mesias palsu yang menyesatkan,
·  Ayat 6 mengatakan tentang adanya peperangan,
·  Ayat 7 mengatakan tentang adanya pertentangan antar bangsa dan kerajaan, serta kelaparan dan gempa bumi,
·  Ayat 8 mengatakan bahwa semua yang terjadi diayat sebelumnya adalah permulaan penderitaan,
·  Ayat 9 mengatakan penyiksaan dan penderitaan orang-orang percaya
·  Ayat 10 mengatakan bahwa akan banyak orang murtad
·  Ayat 11 mengatakan tentang munculnya nabi palsu
·  Ayat 12 mengatakan akan sirnanya rasa kasih
·  Ayat 13 mengatakan janji pada orang percaya yang masih bertahan
·  Ayat 14 mengatakan bahwa kabar ini akan tersiar di seluruh dunia
Sebagaimana tertulis dalam pembahasan Latarbelakang Matius bahwa Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa : hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaanNya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai mesias yang rohani dan bukan sebagai mesias yang politis. Mungkin hal inilah yang ingin ditentang oleh penulis Matius dalam ayat yang ke 5. Dimana ia ingin menunjukkan bahwa Yesuslah sang Mesias yang sesungguhnya.
Injil Matius kerap menunjukkan bagaimana nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam penyempurnaan ilahi diri Yesus dan untuk itu maka Matius menuliskan Injilnya yang ditujukan kepada orang-orang kafir. Agar orang-orang Kafir tersebut mengetahui bahwa pengharapan mereka akan digenapi dalam diri Yesus Kristus yang akan datang kembali.
Secara keseluruhan ayat 5-12 menceritakan kejadian-kejadian yang semuanya menunjukkan pada penderitaan yang akan dialami oleh setiap orang tanpa terkecuali. Hal ini digunakan untuk menegor orang-orang kafir agar bertobat dan turut serta menjadi pengikut Yesus serta percaya kepadaNya. Juga kepada orang percaya agar senantiasa berjaga-jaga. Kemudian dilanjutkan dengan ayat ke 13 yang ditujukan bagi peneguhan iman orang percaya, agar tetap setia menantikan kedatanganNya tersebut. Diikuti ayat ke 14 yang ingin mengatakan bahwa Injil Kerajaan yaitu Injil tentang kedatangan Yesus untuk mendirikan kerajaanNya di bumi, harus diberitakan kepada setiap bangsa tanpa terkecuali. Ayat ke 14 inilah yang menunjukkan keuniversalan pemberitaan Injil yang dituliskan oleh Matius.
Injil kerajaan tentang kedatangan Yesus yang ke dua kalilah yang hendak diberitakan oleh Matius. Matius menuliskan perikop ini bukanlah bermaksud untuk mengatakan bahwa “saat itu” dapat diketahui dengan tanda-tanda yang diberikannya,  melainkan ingin mengatakan bahwa “saat itu” akan benar-benar datang dan untuk itu maka setiap orang haruslah mengetahuinya.
Dengan demikian perikop ini dituliskan sebagai panggilan pertobatan kepada orang-orang yang belum percaya dan panggilan untuk senantiasa berjaga-jaga bagi orang-orang percaya. Perikop ini menegur orang-orang yang belum bertobat dan memberikan peneguhan kepada orang-orang percaya. Injil tentang akhir jaman ini bertujuan agar umat percaya senantiasa bertahan hingga akhir hidup mereka mengingat latar belakangnya, dimana terdapat pertentangan dari dalam dan dari luar. Karena janji keselamatan akan diberikan kepada setiap orang yang bertahan hingga ke akhir.

4.2 Daniel 9:27
            Sebagaimana kita ketahui pada pembahasan sebelumnya bahwa kitab Daniel ditulis dalam keadaan dimana Antiokhus III selaku raja yang jahat dan penghujat Allah dan dilanjutkan oleh anaknya Antiokhus IV yang juga menghujat Allah. Dimana mereka mendorong dan memajukan segala unsur kebudayaan Helenistik, termasuk ibadah kepada dewa Zeus, selaku kepala dewa-dewa Yunani, serta dewa-dewa Yunani yang lain. Disamping itu Antiokhus IV menghendaki supaya para penduduk kerajaannya memuja dia sendiri sebagai penjelmaan dewa Zeus. Sehingga dapat dikatakan bahwa keadaan orang percaya pada saat itu sangatlah menderita,  karena mereka harus melawan perintah dari penguasa untuk menyembah dia sebagai dewa.
Kisah dari sebagian awal kitab ini menunjukkan kemenangan di antara penderitaan yang mungkin saja merupakan hasil dari iman. Daniel dan sahabat-sahabatnya mempercayai Allah dan diselamatkan dari bencana yang telah direncanakan musuh mereka bagi mereka. Secara jelas penulis memaksudkan kisah ini untuk membangkitkan iman diantara mereka yang mengalami pengejaran, dengan menjamin mereka bahwa Allah ada dalam kuasa dan bahwa Dia peduli pada umatNya. Sebagian berikutnya adalah apokaliptik. Hal itu mengacu dengan cara tersembunyi tentang hal-hal yang akan terjadi pada saat dituliskan. Dengan cara yang sama hal itu menggambarkan bagaimana kehadiran dan kekuatan Allah membawa kemenangan diantara setan dan membawa kepada pembangunan kerajaanNya.[19]
Pada setiap jaman, mereka yang merindukan pemulihan Yerusalem menemukan di sini pesan yang penuh harapan. Mereka yang mencari raja Mesias diyakinkan bahwa Ia akan datang. Mereka yang hidup pada masa kesukaran, perang dan pemusnahan, mengetahui bahwa kesulitan itu hanya selama “tujuh masa” dan pada akhirnya “yang membinasakan” akan mengalami pemusnahan yang telah ditetapkan.[20]
Dengan demikian ayat ini dituliskan dengan tujuan untuk menguatkan orang Yahudi yang pada waktu itu mengalami pengejaran dan penyiksaan oleh raja Antiokhus IV. Sebab pendirian kerajaan Allah yang diberitakan akan datang merupakan semacam pemulihan atau akhir perhambaan bagi orang-orang yang teraniaya itu.
            Berita kitab Daniel tentang kerajaan Allah ini juga mengisyaratkan bahwa akan datang suatu kerajaan kekal yang tidak akan berakhir, berbeda dengan kerajaan raja-raja yang pernah ada di bumi. Sehingga seluruh umat mengetahui kemuliaanNya yang akan mengalahkan segala setan. Dengan kata lain kedatanganNya akan menghapuskan segala bentuk kekejaman terhadap umat percaya. .


Bab V. Refleksi Teologis
            Apabila kita perhatikan keadaan dunia ini dari jaman ke jaman semakin memburuk, baik itu keadaan manusianya ataupun keadaan alamnya. Dimana-mana terjadi kelaparan, tanah longsor, gempa bumi dan masih banyak lagi bencana lainnya. Moral manusia pun sebagian besar telah menurun. Terbukti dengan terjadinya perkosaan antar hubungan sedarah dan terjadinya kejahatan dimana-mana. Memang hal-hal ini bukanlah hal-hal yang asing, karena sudah pernah terjadi dari jaman ke jaman. Namun keadaan semakin memburuk di masa kini. Terjadinya berbagai peristiwa inilah yang membuat banyak orang yang menganggap mampu untuk menafsirkan datangnya akhir jaman. Karena mereka menganggap peristiwa itu sesuai dengan tanda-tanda akhir jaman yang ada dalam Matius 24, sehingga dengan demikian berarti akhir jaman itu akan segera tiba.
            Keadaan dunia yang seperti ini hampir sama dengan latar belakang kemasyarakatan pada waktu Injil Matius dituliskan. Karena jemaat pada waktu itu juga mengalami tantangan dari dalam dan dari luar. Akan tetapi Injil Matius tidak bermaksud untuk menentukan waktu kedatanganNya, melainkan suatu panggilan untuk berjaga-jaga dan senantiasa setia sampai akhir.
            Pemerintah-pemerintahan keji yang diceritakan dalam kitab Daniel menunjukkan penderitaan dan kekuasaan di bumi yang pasti ada akhirnya. Karena kekuasaan dan penderitaan itu akan dihapuskan dengan kedatanganNya.
            Dengan demikian seharusnya masyarakat saat ini menyadari bahwa berbagai bencana yang terjadi saat ini merupakan panggilan untuk berjaga-jaga. Agar setiap umat merenungkan kehidupan yang telah dijalaninya, apakah sudah sesuai dengan perintahNya atau justru telah melenceng. Bukan justru berusaha meramalkan datangnya hari itu. Karena tidak ada seorang pun yang tahu kapan datangnya saat itu. Seperti yang tertulis dalam Matius 24:36Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.”  Oleh karena itu berita tentang tanda-tanda akhir jaman menjelang kedatanganNya itu mengajak setiap umat percaya untuk merenungkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat fana karena semua itu akan berakhir dengan kedatanganNya. Untuk itu setiap umat harus senantiasa berjaga-jaga dan setia, agar dapat turut serta dalam kerajaanNya kelak.
            Dalam hal inilah gereja seharusnya turut berperan dalam mengarahkan jemaat akan pemahaman tentang tanda-tanda akhir jaman itu. Agar umat tidak salah memahami makna dari setiap peristiwa yang terjadi dewasa ini. Serta tidak menjadi tersesat oleh nabi-nabi palsu yang mengaku mengetahui kapan datangnya saat itu.


Bab V. Kesimpulan
            Tanda-tanda akhir jaman yang tertulis dalam kitab Matius dan Daniel bukanlah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kedatanganNya kelak dapat diprediksi dengan peristiwa-peristiwa yang dituliskan itu. Melainkan meneguhkan setiap umat percaya di tengah-tengah keadaan yang terus menguji iman. Dengan demikian setiap umat mengetahui bagaimana menempatkan diri agar dapat tetap mempertahankan iman dalam keadaan yang penuh godaan dan tantangan. Suatu sikap berjaga-jaga dari umat yang diinginkan. Selain itu juga dimaksudkan agar umat mengetahui bahwa kelak akan datang kerajaan kekal di bumi, yang berbeda dengan kerajaan-kerajaan yang pernah ada. Bahwa Dia akan datang kembali untuk mewujudkan kepenuhan berkatNya atas umatNya.


[1] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK GM, Jakarta, 2005 : hlm. 483
[2] …….., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini ( Vol 2 ), Universities and Colleges Christian Fellowship, England, 1982 : hlm. 286
[3] William Wilson, Wilson’s Old Testament Word Studies, Mac Donald Publishing Co : hlm. 109
[4] R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, BPK GM, Jakarta, 2006 : hlm. 254
[5] Gerhard Kittel ( ed ),The Dictionary of New Testament, W.M. B. Eerdmans Publishing Company, Michigan, 1976 : hlm. 697
[6] William F. Arndt & F. Wilburgingrich, A Greek-English Lexicon of The New Testament and Other Early Christian Literature, The University of Chicago Press, Chicago, 1957 : hlm. 313
[7] ….., Op. Cit : hlm. 286
[8] Jack Dean Kingsburg, Injil Matius sebagai Cerita, BPK GM, Jakarta, 2000 : hlm. 211
[9] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Injil Matius, Kanisius, Yogyakarta, 1981 : hlm. 14-15
[10] Floyd V. Hilson, A Commentary on The Gospel according to St. Matthew, Harper & Brother Publisher, New York, 1960 : hlm.13-14
[11] Ibid : hlm. 22
[12] ….., Alkitab Penunutun Hidup Berkelimpahan, Gandum Mas, Malang, 2006 : hlm. 1496
[13] David F. Hinson, Old Testament Introduction 2 ( The Book of The Old Testament ), S.P.C.K, London, 1974 : hlm. 127-128
[14] S. M. Siahaan & Robert M. Paterson, Kitab Daniel ( Latar belakang, Tafsiran dan Pesan ), BPK GM, Jakarta, 2007 : hlm. 30
[15] Ibid : hlm. 42, 43, 45

[16] C. Barth, Theologi Perjanjian Lama 4, BPK GM, Jakarta, 2005 : hlm. 136
[17] W.S Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2, BPK GM, Jakarta, 2004 : hlm. 410
[18] ......., Op. Cit : hlm. 1339
[19] David F. Hinson, Op. Cit : hlm. 130
[20] W.S Lasor, dkk, Op. Cit : hlm. 423

Tidak ada komentar:

Posting Komentar