Jumat, 05 September 2014

Renungan Minggu, 7 September 2014



DIINGATKAN UNTUK MENGINGATKAN
(Yehezkiel 33 : 7 – 11)
Bapak, ibu, saudara/i yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus… Apabila kita hayati perkataan Yesus kepada murid-muridNya di Taman Getsemani, yang terdapat di Matius 26:41 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Dapat kita perhatikan bahwasanya kita memiliki sisi kedagingan sebagai manusia yang rentan melakukan kesalahan, bisa saja kesalahan itu dilakukan oleh anak-anak, abang/kakak/adik, orang tua kita atau bahkan kesalahan itu berasal dari diri kita sendiri. Di dalam kedagingan kita yang lemah yang senantiasa melakukan kesalahan, sebagai umat Allah, seorang Kristen yang sejati, kita diingatkan dan harus saling mengingatkan untuk bertransformasi di dalam pembaharuan pola pikir, sikap dan keimanan agar kita HIDUP!
Bagaimana caranya? Mari kita belajar dari kisah Nabi Yehezkiel di dalam nas ini. Yehezkiel diingatkan mengenai tugas panggilannya sebagai hamba Allah untuk menjaga dan mengingatkan umat-Nya. Teguran keras dan tegas dari Allah yang murka kepada bangsa Israel karena kesalahan dan dosa yang mereka perbuat. Sekalipun Allah murka dengan bangsa tersebut, namun Allah juga memberikan pengharapan karena kasih-Nya kepada bangsa Israel apabila mereka bertobat dan kembali menjadi umat Allah yang taat dan setia. Di dalam menjalankan tugas panggilannya, hal utama yang dilakukan Nabi Yehezkiel adalah ia terlebih dahulu membangun komitmen dengan Allah dan menata dirinya menjadi teladan. Karena hanya dengan keteladanan dan pertolongan dari Allah ia dimampukan untuk mengingatkan, menasihati dan memperbaharui sikap bangsa Israel bertobat dari kejahatannya. Demikian halnya dengan kita, hendaklah kita meminta pertolongan dari Allah untuk menjadi teladan bagi orang di sekitar kita, karena pasti akan sulit bagi orang lain menerima nasihat kita apabila tingkah laku kita tidak mencerminkan sebagai seorang teladan. Dan sudah kewajiban kita sebagai sahabat, suadara atau keluarga untuk saling mengingatkan sesama kita apabila melakukan kesalahan dengan didasarkan oleh kasih. Di dalam menyampaikan suatu nasihat hendaknya dengan tutur bahasa yang santun dan tidak menghakimi. Selain itu, kita juga harus bijaksana di dalam memperhatikan tempat maupun situasi/kondisi di dalam menasihati sesama kita agar nasihat yang kita berikan dapat dimengerti dan diterima dengan baik.        
Bapak, ibu, saudara/i yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus… Renungan ini mengingatkan kembali  akan tugas panggilan kita dalam persekutuan bersama, yaitu kita memiliki tanggung jawab untuk saling menjaga kehidupan persekutuan kita bersama.  Kita diingatkan cara mengingatkan dengan kasih.  Kita diingatkan untuk selalu sadar akan keberadaan diri kita yang sama-sama memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa, sehingga ketika kita mengingatkan sesama, kita tidak terjatuh dalam penghakiman.  Ketika kita melakukannya karena kasih, kita pun menjaga kesetaraan dalam peresekutuan yang telah lebih dulu menerima pengampunan dan kasih Allah. Kita harus terlebih dahulu bertobat dari kesalahan kita barulah kita menobatkan orang lain.


Richard Andrew P. Napitupulu, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar