DIINGATKAN UNTUK MENGINGATKAN
(Yehezkiel 33 : 7 – 11)
Bapak, ibu, saudara/i yang diberkati
oleh Tuhan Yesus Kristus…
Apabila kita hayati perkataan Yesus kepada murid-muridNya di Taman Getsemani,
yang terdapat di Matius 26:41 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
Dapat kita perhatikan bahwasanya kita memiliki sisi kedagingan sebagai manusia
yang rentan melakukan kesalahan, bisa saja kesalahan itu dilakukan oleh
anak-anak, abang/kakak/adik, orang tua kita atau bahkan kesalahan itu berasal dari
diri kita sendiri. Di dalam kedagingan kita yang lemah yang senantiasa
melakukan kesalahan, sebagai umat Allah, seorang Kristen yang sejati, kita diingatkan
dan harus saling mengingatkan untuk bertransformasi di dalam pembaharuan pola
pikir, sikap dan keimanan agar kita HIDUP!
Bagaimana caranya? Mari kita belajar dari kisah Nabi
Yehezkiel di dalam nas ini. Yehezkiel diingatkan mengenai tugas panggilannya
sebagai hamba Allah untuk menjaga dan mengingatkan umat-Nya. Teguran keras dan
tegas dari Allah yang murka kepada bangsa Israel karena kesalahan dan dosa yang
mereka perbuat. Sekalipun Allah murka dengan bangsa tersebut, namun Allah juga
memberikan pengharapan karena kasih-Nya kepada bangsa Israel apabila mereka
bertobat dan kembali menjadi umat Allah yang taat dan setia. Di dalam
menjalankan tugas panggilannya, hal utama yang dilakukan Nabi Yehezkiel adalah ia
terlebih dahulu membangun komitmen dengan Allah dan menata dirinya menjadi teladan.
Karena hanya dengan keteladanan dan pertolongan dari Allah ia dimampukan untuk
mengingatkan, menasihati dan memperbaharui sikap bangsa Israel bertobat dari
kejahatannya. Demikian halnya dengan kita, hendaklah kita meminta pertolongan
dari Allah untuk menjadi teladan bagi orang di sekitar kita, karena pasti akan
sulit bagi orang lain menerima nasihat kita apabila tingkah laku kita tidak
mencerminkan sebagai seorang teladan. Dan sudah kewajiban kita sebagai sahabat,
suadara atau keluarga untuk saling mengingatkan sesama kita apabila melakukan
kesalahan dengan didasarkan oleh kasih. Di dalam menyampaikan suatu nasihat hendaknya
dengan tutur bahasa yang santun dan tidak menghakimi. Selain itu, kita juga
harus bijaksana di dalam memperhatikan tempat maupun situasi/kondisi di dalam
menasihati sesama kita agar nasihat yang kita berikan dapat dimengerti dan
diterima dengan baik.
Bapak, ibu, saudara/i yang diberkati
oleh Tuhan Yesus Kristus…
Renungan ini mengingatkan kembali akan
tugas panggilan kita dalam persekutuan bersama, yaitu kita memiliki tanggung
jawab untuk saling menjaga kehidupan persekutuan kita bersama. Kita diingatkan cara mengingatkan dengan
kasih. Kita diingatkan untuk selalu
sadar akan keberadaan diri kita yang sama-sama memiliki kecenderungan untuk
berbuat dosa, sehingga ketika kita mengingatkan sesama, kita tidak terjatuh
dalam penghakiman. Ketika kita
melakukannya karena kasih, kita pun menjaga kesetaraan dalam peresekutuan yang
telah lebih dulu menerima pengampunan dan kasih Allah. Kita harus terlebih dahulu bertobat dari kesalahan kita barulah kita
menobatkan orang lain.
Richard Andrew P. Napitupulu, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar