KHOTBAH IBADAH SORE
MINGGU OKULI, 23 MARET 2014
HKBP KOMPAS
RESSORT SETIA MEKAR BEKASI
IBADAHMU
ADALAH HIDUPMU DAN HIDUPMU ADALAH IBADAHMU
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih
di dalam Yesus Kristus…
Sebagai
pengantar untuk khotbah kita pada saat ini, ada satu pertanyaan yang harus kita
respon di dalam hati kita masing-masing, “Apakah
arti ibadah untuk diri kita?” Di dalam nas ini sangat jelas menyatakan
bahwa kita sebagai umat pilihan Allah sudah selayaknya hanya beribadah dan
menyembah hanya kepada TUHAN atau YAHWEH (YHWH) yang dalam Bahasa Ibrani
artinya Raja diatas segala raja, Allah tertinggi yang menguasai seluruh
kehidupan manusia. Kita beribadah kepada TUHAN sebagai bukti ketaatan hidup
kita kepada TUHAN.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih
di dalam Yesus Kristus…
Mungkin
banyak diantara kita yang belum mengetahui tentang pembagian dan makna dari liturgi
HKBP, atau tata ibadah yang selalu kita pakai setiap minggunya. Di dalam ilmu
bidang Liturgika, ibadah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Allah dan
bagian manusia. Bagian Allah antara lain, Votum, Pengakuan dosa, Pengakuan Iman
Rasuli dan berpusat di dalam khotbah, khotbah merupakan inti di dalam ibadah,
karena di dalam khotbahlah sabda kebenaran Firman TUHAN disampaikan. Apabila
kita perhatian, pada bagian Allah tersebut kita diundang untuk berdiri. “Kenapa kita harus berdiri?” kita berdiri
sebagai tanda atau bentuk penyerahan diri dan penghormatan jemaat akan
kehadirat Allah, Sang Kepala Gereja. Bagian manusia di dalam ibadah yaitu koor
dan warta jemaat.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih
di dalam Yesus Kristus…
Di
dalam ayat 1-2 pemazmur mengingatkan setiap umat untuk menyembah Allah dan
bersorak-sorai untuk TUHAN. Apa artinya? Pemazmur mengajak kita untuk
senantiasa menyembah TUHAN dengan penuh sukacita. Unsur sorak-sorai dalam ayat
1-2 ini adalah memaknai kehidupan ini dengan penuh sukacita apapun keadaan yang
sedang dialami sebagai bentuk ibadah kita kepada TUHAN. Bagian ini sama dengan
makna bermegah dalam Allah yang terdapat di dalam Epistel. Terkadang kita lebih
sering melihat dan merasakan tolak ukur kemegahan dan sukacita berkat TUHAN itu
hanya dari banyaknya materi ataupun kedudukan/pangkat seseorang. Kita terlalu
membatasi berkat TUHAN dengan hanya dari sudut pandang materi, hal itulah yang sering
membuat kita merasa sengsara dan menyalahkan TUHAN dengan keadaan yang dialami.
Kita sering melupakan berkat TUHAN yang paling luar biasa di dalam hidup kita,
yaitu nafas kehidupan dan kesehatan.
Pemazmur
memotivasi kita untuk senantiasa mengucap syukur kepada TUHAN dalam segala hal,
karena TUHANlah gunung batu dan keselamatan kita. Mari kita buka Alkitab kita,
ada dua ayat yang dapat menginspirasi kita untuk senantiasa mengucap syukur
kepada TUHAN, baik susah maupun senang:
1.
Rm.
12:12 “Bersukacitalah
dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah di dalam doa.”
2.
1
Tes. 5:18 “Mengucap
syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam
Kristus Yesus bagi kamu.”
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih
di dalam Yesus Kristus…
Di
dalam ayat 3-7 dijelaskan oleh Pemazmur suatu pengakuan iman bahwa Allah yang
kita sembah itu Mahabesar dan Raja yang mengatasi segala allah. Artinya, Allah sebagai
penentu kendali atas segala kehidupan dan alam ciptaan-Nya sampai ke
bagian-bagian bumi yang paling dalam sekalipun. Kemahakuasaan Allah tidak
terbatas dan tidak dapat ditandingi oleh baal atau allah-allah lain yang ada di
dunia ini. Dia mengingatkan manusia bahwa hanya Dialah pencipta segala
sesuatunya. Pesan ini menunjukkan identitas Allah yang sesungguhnya, sehingga
sudah sepatutnya kita sujud menyembah dan tetap hidup taat beribadah
kepada-Nya. Seperti tema minggu kita yaitu Okuli,
yang artinya Mataku tetap terarah kepada TUHAN.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih
di dalam Yesus Kristus…
Bagian
terakhir dalam nas kita pada saat ini yaitu ayat 8-11. Dimana di dalam bagian
terakhir ini, menjelaskan sejumlah peringat umat Allah. Pemazmur mengingatkan
supaya kita jangan mengulangi kesalahan cara hidup yang dilakukan oleh bangsa
Israel. Hal ini dilatarbelakangi oleh kehidupan bangsa Israel dalam perjalanan
mereka keluar dari perbudakan Mesir. Di dalam perjalanan mereka menuju Kanaan,
yang merupakan tanah perjanjian Allah kepada bangsa Israel, bangsa tersebut
banyak singgah di beberapa tempat, antara lain Meriba dan Padang Gurun. Situasi
umat Israel di tempat-tempat tersebut sering mengabaikan perintah Allah dengan
menyembah baal lain dan mereka sudah mulai mengeluh putus asa karena jauhnya
perjalanan.
Bapak, ibu, saudara/i yang terkasih
di dalam Yesus Kristus…
Di
dalam bagian terakhir ini merupakan sebuah teguran agar kita mengevaluasi pola
hidup beribadah kita kepada TUHAN. “Apakah
kehidupan kita sudah mencerminkan ibadah kita?” Saya terkesan dengan
pernyataan Pdt. Dr. Justin Sihombing,
yang merupakan Ephorus orang Batak pertama di HKBP. Beliau menyatakan di dalam
bukunya, “Ibadahmu adalah hidupmu dan
hidupmu adalah ibadahmu.” Pernyataan beliau tersebut adalah makna dari
ibadah yang sesungguhnya. Jangan jadikan ibadahmu hanya sebagai rutinitas
semata, tapi maknailah ibadahmu dalam aksi nyata. Jika kita rajin beribadah
kepada TUHAN, maka penampakan ibadah yang rajin itu pasti terpancar dalam
kehidupan dan aktivitas kita sehari-hari, baik di tengah keluarga, pekerjaan
maupun masyarakat. Seperti tertulis di dalam Rm. 12:1 “Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.” Ketika kita bisa
konsisten melakukan gerakan perubahan dengan memaknai ibadah kita di dalam aksi
nyata, itu baru namanya umat Kristen HEBAT..!
…AMIN…
Created by: Richard A. P. Napitupulu, S.Th